Fakta-fakta COVID-19 Varian 'Nimbus', Menyebar Cepat di 22 Negara

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Selasa, 10 Jun 2025 09:32 WIB
Kasus COVID-19 kembali meningkat seiring munculnya varian baru disebut Nimbus, dengan nama resmi NB.1.8.1. (Foto: Getty Images/subjob )
Jakarta -

Kasus COVID-19 kembali meningkat seiring munculnya varian baru yang disebut Nimbus, dengan nama resmi NB.1.8.1. Varian ini ditetapkan sebagai varian under monitoring (VUM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Hingga 18 Mei 2025, sebanyak 518 sekuens NB.1.8.1 telah dikirimkan ke GISAID dari 22 negara, mewakili 10,7 persen dari total sekuens global yang tersedia pada minggu epidemiologi ke-17, yakni 21-27 April tahun 2025. Meskipun tergolong rendah, prevalensi ini meningkat signifikan dari 2,5 persen, empat minggu sebelumnya pada minggu epidemiologi ke-14, yakni periode 31 Maret-6 April 2025.

Antara minggu epidemiologi ke-14 dan ke-17 tahun 2025, prevalensi NB.1.8.1 meningkat di ketiga wilayah WHO, yakni dari 8,9 menjadi 11,7 persen di Wilayah Pasifik Barat (WPR), dari 1,6 menjadi 4,9 persen di Wilayah Amerika (AMR), dan dari 1,0 menjadi 6,0 persen di Wilayah Eropa (EUR).

Sementara itu, hanya terdapat 5 sekuens NB.1.8.1 dari Wilayah Asia Tenggara (SEAR), dan belum ada dari Wilayah Afrika (AFR) maupun Wilayah Mediterania Timur (EMR).

Vaksin COVID-19 yang saat ini disetujui diperkirakan tetap efektif terhadap varian ini, baik untuk mencegah gejala maupun penyakit berat.

"Meskipun terdapat peningkatan kasus dan rawat inap secara bersamaan di beberapa negara tempat NB.1.8.1 menyebar luas, data saat ini tidak menunjukkan bahwa varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar," demikian kata WHO, dikutip dari laman resminya, Selasa (10/6/2025).


Apa Itu NB.1.8.1 atau Varian Nimbus?

Dikutip dari Health, varian Nimbus atau NB.1.8.1 pertama kali terdeteksi pada akhir Januari 2025. Varian ini merupakan subvarian Omicron JN.1 dan telah mengalami peningkatan tajam dalam kasus global beberapa minggu terakhir.

Menurut Kepala Pengendalian Infeksi di Tufts Medicine, Shira Doron MD, varian tersebut secara genetik berbeda dari strain dominan saat ini LP.8.1. Perbedaan itu bisa jadi penting, karena NB.1.8.1 bukan bagian dari 'sup subvarian"' yang umum terlihat di AS dalam beberapa tahun terakhir.

"Meski begitu, varian Omicron baru tampaknya berevolusi menjadi lebih mirip satu sama lain, "katanya Doron, yang dapat mengurangi risiko pergeseran besar dalam penyakit tersebut.

NEXT: Negara yang melaporkan NB.1.8.1 dan Gejalanya




(suc/up)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork