Kepala BPOM Terbang ke China, Perkuat Kerjasama Farmasi-Alkes

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Jumat, 05 Des 2025 08:45 WIB
Kantor BPOM RI. (Foto: Nayla Azalia Saparija/detikHealth)
Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI memperkuat diplomasi kesehatan dengan China, bukan hanya untuk mempercepat harmonisasi regulasi, tetapi juga untuk membuka keran transfer teknologi vital bagi kemandirian kesehatan nasional.

Rangkaian kunjungan kerja yang dipimpin oleh Kepala BPOM, Prof Taruna Ikrar, ke institusi riset dan industri farmasi China, memproyeksikan potensi kerja sama ekonomi hingga Rp10 triliun dalam lima tahun ke depan.

Kunjungan strategis ini berfokus pada langkah konkret agar masyarakat Indonesia segera mendapatkan akses terhadap teknologi kesehatan generasi baru.

Kecepatan Regulasi untuk Obat Masa Depan

Dalam pertemuan dengan National Medical Products Administration (NMPA) China, BPOM berupaya memangkas hambatan birokrasi tanpa mengorbankan keamanan. Kedua pihak sepakat menjajaki pembentukan joint technical working group untuk mempercepat evaluasi produk kesehatan.

"Kami berharap kerja sama ini dapat semakin mempercepat proses evaluasi produk kesehatan tanpa mengurangi standar keamanan, efikasi, dan mutunya," ujar Prof. Taruna Ikrar.

Langkah ini sejalan dengan komitmen BPOM untuk mengadopsi pendekatan regulatory reliance (mengacu pada hasil evaluasi otoritas regulasi lain yang kuat) untuk memperluas akses masyarakat terhadap produk inovatif, termasuk vaksin. BPOM mengklaim telah menerapkan pendekatan ini untuk mengevaluasi lebih dari 70 produk biologi sejak tahun 2017.

Akses Terapi Stroke dan Vaksin Inhalasi

Inti dari kunjungan tersebut adalah menjamin transfer teknologi untuk penanganan penyakit kronis dan infeksi. Salah satu hasil konkret adalah penjajakan kerja sama untuk pengembangan terapi n-butylphthalide (NBP), obat yang diindikasikan untuk penderita stroke iskemik.

Teknologi NBP ini akan masuk ke Indonesia melalui kolaborasi dengan industri farmasi nasional, sebuah langkah yang dinilai BPOM dapat memperluas akses terhadap terapi stroke inovatif.

Selain itu, BPOM juga menjajaki kolaborasi riset dan pengembangan dengan perusahaan bioteknologi terkemuka seperti Xiamen Innovax Biotech dan CanSino Biologics. Kerja sama ini tidak hanya berfokus pada inovasi vaksin seperti Hepatitis dan Human Papillomavirus (HPV), tetapi juga pada teknologi vaksin inhalasi dan terapi berbasis sel dan gen (ATMP).

"BPOM juga mendorong peningkatan kontribusi sektor kesehatan dan farmasi hingga 8% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada periode 2028-2029," tutupnya.



Simak Video "Video: BPOM Minta Tambahan Anggaran Rp 2,6 T, Tak Mau Kasus Gagal Ginjal Akut Terulang"


(kna/naf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork