Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman, menegaskan kusta masih ditemukan di Indonesia dan dalam satu tahun terakhir mencapai lebih dari 10 ribu kasus.
Kusta sering kali terlambat terdeteksi karena gejalanya dianggap ringan atau tidak mengganggu.
"Gejala kusta sering tidak menimbulkan rasa nyeri. Padahal, deteksi dan pengobatan dini sangat menentukan keberhasilan penyembuhan," kata Aji kepada detikcom Kamis (18/12/2025).
Menurutnya, salah satu tantangan utama penanganan kusta adalah rendahnya kesadaran untuk segera memeriksakan diri. Banyak pasien baru datang ke fasilitas kesehatan setelah mengalami gangguan saraf atau kecacatan.
Aji menekankan, kusta tidak mudah menular dan dapat sembuh total jika diobati sejak dini dan tuntas. Pemerintah juga memastikan pengobatan kusta tersedia secara gratis di Puskesmas.
"Kalau menemukan gejala seperti itu, jangan menunda. Segera datang ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat. Pengobatan kusta gratis dan harus dijalani sampai selesai," ujarnya.
Selain aspek medis, Kemenkes juga menyoroti pentingnya menghapus stigma terhadap pengidap kusta. Diskriminasi, menurut Aji, justru membuat pasien enggan berobat dan menghambat upaya penemuan kasus di masyarakat.
"Stigma dan diskriminasi justru memperburuk situasi. Kusta adalah penyakit yang bisa disembuhkan, bukan untuk ditakuti atau dijauhi," tegasnya.
Kemenkes berharap, dengan meningkatnya perhatian publik akibat kasus di Rumania, kesadaran masyarakat di dalam negeri juga ikut meningkat, sehingga kusta bisa dideteksi lebih awal dan angka penularan terus ditekan.
Simak Video "Video: Kasus Penyakit Kusta Indonesia Masuk 3 Besar Dunia"
(naf/kna)