"Paling lama pandemi itu ya durasinya kurang lebih 4 tahunan itu yang 100 tahun lalu. Nah saat ini kita punya harapan itu tidak selama itu, tapi setidaknya 3 tahun paling cepat karena penduduk dunia ini banyak sekali sudah jauh lebih besar dari 100 tahun lalu," ujar Dicky.
Epidemiolog Universitas Griffith ini pun menyebut bahwa meski dengan adanya vaksinasi COVID-19 pun, pandemi ini masih butuh waktu untuk tutup buku. "Walaupun kita sudah punya vaksin kita berupaya dengan layanan kesehatan yang jauh lebih modern kita masih memerlukan waktu untuk mencapai tingkat yang dianggap memadai dalam menekan laju percepatan penyebaran dari virus ini."
Meski demikian, Dicky mengimbau agar masyarakat tidak putus asa dalam menghadapi pandemi ini. "Keputusasaan atas pandemi ini di mana orang banyak putus asa banyak panik. Dan keputusasaan atau kepanikan ini melahirkan cara pandang, cara berpikir yang pendek, yang mencari hal-hal yang sifatnya menjanjikan. Celakanya harapan-harapan ini lahir dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab tidak memiliki dasar latar belakang yang memadai atau bisa diandalkan," pungkasnya.
(/)