Demikian disampaikan oleh Prof Edith Feskens, dari Wageningen University, Belanda, dalam kuliah umum yang diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jumat (27/6/2016).
Menurut Prof Edith, risiko peradangan dan gangguan pada kesehatan tubuh juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan gaya hidup. Terutama yang berhubungan dengan diet dan stres.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya gaya hidup kebarat-baratan, kebanyakan stres, polusi lingkungan, dan diet yang tidak seimbang. Ini juga menciptakan stres oksidatif dalam tubuh, yang kemudian berefek pada respons peradangan dan berujung pada gangguan pada beberapa organ tubuh," tutur Prof Edith.
Salah satu faktor penyebab yang tak boleh diabaikan dalah kebiasaan merokok. Prof Edith menekankan bahwa merokok merupakan salah satu gaya hidup yang paling tidak sehat. Sebab kebiasaan ini merusak dan meningkatkan peradangan di sistem pernapasan, terutama paru-paru.
"Tubuh Anda adalah apa yang Anda makan, bukan cuma tentang DNA. DNA bukan satu-satunya penentu kualitas hidup. Anda yang harus pandai memilih," ungkap Prof Edith.
Demikian juga disampaikan oleh dr Fiastuti Witjaksono, MSc, MS, SpGK dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurutnya, diet merupakan faktor penting yang juga menentukan kuat atau tidaknya kekebalan tubuh seseorang.
"Jadi bukan sekadar makan, penting sekali memahami pemilihan pola makan yang tepat guna mengoptimalkan sistem imun dan kesehatan seseorsng," ujarnya, ditemui dalam kesempatan yang sama.
Baca juga: Kenapa Ada Orang yang Makan Banyak Tapi Tetap Kurus? (ajg/up)











































