Vera, nama panggilannya, merupakan ibu rumah tangga biasa dari dua orang anak. Yang tidak biasa adalah ia memiliki studio pilates dengan peralatan lengkap di rumahnya yang ia gunakan untuk melatih dan merehabilitasi orang-orang dengan masalah tulang punggung selama 14 tahun.
"Saya sebenarnya lebih suka untuk dikategorikan sebagai movement practitioner daripada pilates trainer. Karena saya mengakomodasi teknik gerak bukan hanya dari pilates saja, tetapi juga teknik gyrokinesis dan ballet barre," tutur Vera saat ditemui oleh detikHealth di tempat tinggalnya di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat, Selasa (27/3/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awal mula Vera membuka studio ini adalah saat ia menjalani operasi cedera lutut dan lower back pain yang ia alami ketika berumur 30 tahun. Padahal, sejak kecil Vera merupakan seseorang yang aktif dalam olahraga.
Ia pernah cukup aktif dalam balet, lalu mengikuti rhythmic gymnastic, kemudian figure skating. Lalu ia berhenti total saat menikah dan mempunyai anak, baru setelah itu ia menyadari bahwa selama ini ia kelewat memaksa dirinya sendiri dalam berolahraga.
"Ada robekan di lutut, karena impact yang terlalu besar dan setelah mempelajari pilates saya baru tahu itu. Dari kecil sampai saya besar ternyata saya force otot-otot di kaki untuk muter padahal saya nggak bisa," ungkapnya.
Setelah menjalani operasi di lututnya ia sempat mengalami lower back pain, yang membuatnya tak bisa menggendong anak, naik tangga ataupun hanya sesimpel mengenakan sepatu hak tinggi. Low back pain merupakan nyeri yang dirasakan di area punggung bawah, umumnya karena kebiasaan harian yang salah atau trauma di area tersebut.
Vera menemukan pilates sebagai solusi untuk merehabilitasi dirinya, dan ia akhirnya berniat untuk mempelajari pilates lebih jauh. Ia belajar secara intensif bersama seorang teman dengan memanggil pelatih pribadi selama 6 bulan.
Banyak perubahan positif yang ia alami setelah mendalami pilates, dan dari situ mulainya ia tertarik untuk melatih orang lain secara personal. Awalnya hanya mulai dari saudara dan kini merambah hingga menjangkau seluruh kelompok umur dan gender.
Ia membuka studio dengan peralatan khusus lengkap di dalam rumahnya guna memfasilitasi rehabilitasi tulang belakang menggunakan pilates. Alat-alat tersebut disebut dengan mesin pilates, beberapa ia beli lokal dan impor namun ada juga yang ia rakit sendiri dengan teknisi dari dalam negeri dan bahkan ada yang ia desain sendiri.
Pelatihan yang ia terima hanya one on one training atau personalized training, bukan dalam kelompok. Karena ia tahu bahwa kondisi dan masalah punggung tiap orang berbeda-beda sehingga penanganannya pun juga berbeda.
Untuk mengatasi hal tersebut, Vera mempelajari seluruh aliran dan gaya pilates. Tak hanya itu, ada juga pose-pose khusus yang ia ciptakan sendiri untuk membantu pelatihan rehabilitasi tersebut.
Meski begitu, tujuannya adalah untuk menjadikan lebih baik bukan membenarkan, karena tulang punggung yang sudah bermasalah tidak bisa dikembalikan seperti semula 100 persen, kecuali dengan bantuan operasi dan alat-alat tertentu.
"Intinya dari semua latihan yang aku buat itu adalah kita punya core yang bekerja, untuk yang sakit. Semua yang dateng ke sini itu aku kuatin core sama kaki," paparnya.
Ia menyebutkan bahwa kaki merupakan tumpuan badan, yang akan mengakibatkan perpindahan beban ke bagian atas tubuh jika kaki tidak kuat karena jarang dilatih lewat berjalan atau berolahraga, misalnya lari.
Perpindahan berat badan ini nantinya akan mempengaruhi tulang belakang dan menumpukan semua beban di sana. Pada akhirnya akan memperburuk kondisi tulang belakang, seperti kasus skoliosis.
Klien yang diterima oleh Vera kebanyakan mengalami skoliosis, namun dengan tingkat dan kondisi yang amat beragam. Dengan latihan pilates yang lebih memfokuskan pada penguatan core fisik, diharapkan nantinya postur tubuh akan semakin membaik.
Vera mengaku gaya hidup dan kebiasaan menjadi kunci utama timbulnya masalah punggung pada seseorang. Ia cenderung akan mengajak kliennya ngobrol sebelum berlatih hingga ia menemukan kebiasaan apa yang memperparah kondisi tulang punggungnya.
"Skoliosis kebanyakan perempuan, kalo pria jarang. Dan anak-anak sekarang juga udah mulai punya masalah punggung, lho. Itu semua karena lifestyle dan habit yang buruk," imbuhnya.
Sejak dibukanya studio pribadi ini jadwal Vera semakin padat dengan klien-klien yang datang dengan berbagai keluhan di punggung. Walau awalnya ia membuka kelas ini gratis, kini ia menetapkan biaya yang seragam untuk tiap kelasnya.
"Tapi saya nggak fokus cari uang ya, this is not a business ya jadi kalo ada referral klien ya saya terima," aku Vera.
Karena makin banyaknya peminat terhadap studionya, Vera berencana dalam waktu dekat akan membuka studio yang lebih formal di daerah Pondok Indah. Nantinya di dalam studio tersebut ia akan membuka kelas pilates kelompok khususnya bagi anak-anak agar memicu mereka gemar berolahraga.
Ketika tidak sedang melatih, Vera sendiri masih aktif melakukan pilates. Buat kamu yang penasaran bagaimana Vera berlatih, bisa cek langsung di sini:
(up/up)











































