Selebrasi Unik! Berlari Full Marathon Rayakan Suami Setop Merokok

Selebrasi Unik! Berlari Full Marathon Rayakan Suami Setop Merokok

Femi Diah - detikHealth
Selasa, 20 Sep 2022 12:00 WIB
Selebrasi Unik! Berlari Full Marathon Rayakan Suami Setop Merokok
Adriana Rachel E Kantale (Foto: Maybank Bali Marathon)
Jakarta -

Adriana Rachel E Kantale menangis haru. Dua misinya tuntas dalam satu hari, menyelesaikan full marathon pertamanya secara offline dan memberikan kado indah untuk suami yang akhirnya berhenti merokok.

Anna, sapaan karib Adriana Rachel E Kantale, menangis saat tiba di garis finish Maybank Marathon pada 28 Agustus 2022. Untuk kali pertama, perempuan 53 tahun itu berhasil menyelesaikan full marathon, nomor lari jarak jauh sepanjang 42,195 km, secara offline di Gianyar, Bali.

Keberhasilan itu dipersembahkan buat suami Herman Rusli Sutanta. Anna menghadiahkan pencapaian itu setelah sang suami berhasil berhenti merokok setelah 30 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Melihat komitmennya untuk berhenti merokok harus diapresiasi. Kesadaran dia untuk berhenti merokok itu sangat luar biasa. Dari yang sama sekali susah disuruh berhenti, kini malah berhenti dengan kesadaran sendiri. Saya salut banget dengan perjuangan dia berhenti merokok," ujar Anna dalam perbincangan dengan detikHealth.

"Kenapa saya memilih mengapresiasinya dengan berlari full marathon? Saya pikir half marathon sudah biasa dalam latihan, PR yang diberikan coach juga belasan km. Kenapa enggak saya beri apresiasi dengan berlari FM," ujar Anna.

Selama ini, permintaan Anna agar Herman setop merokok seolah masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Anna sudah menyampaikan permintaan itu sejak tahun 2001, bertepatan dengan kelahiran anak pertama. Anna khawatir racun asap rokok membahayakan anak-anak mereka.

ADVERTISEMENT

Momen itu rupanya tiba pada Januari 2022. Saat itu, Herman mulai merasa tidak nyaman dengan kondisi badannya. Berat badannya mencapai 100 kg, sudah begitu dokter menyarankan agar Herman berhenti merokok untuk memperbaiki kualitas hidup.

"Ternyata di bulan Januari itu, suami mulai tidak nyaman dengan badannya sendiri. Sejak itu, dia ikut-ikut olahraga, eh lama-lama malah lebih rajin. Sabtu dan Minggu masih olahraga," ujar Anna.

Di saat bersamaan, lanjut Anna, Herman mulai mengurangi frekuensi merokok. Dari yang sehari satu bungkus, lama-lama satu minggu satu bungkus dan dalam prosesnya sama sekali tidak menghisap rokok.

Herman betul-betul berhenti merokok. Kini, berat badan Herman juga menyusut, di bawah 90 kg.

Comeback Setelah Tulang Jempol Kanan Patah

Selain puas bisa memberikan kado manis untuk sang suami, Anna amat puas dengan catatan waktu yang dibuatnya. Untuk menyelesaikan lintasan sepanjang 42,195 km dengan start dan finish dari Bali Safari and Marine Park dengan waktu 4 jam 36 menit. Catatan waktu itu lebih baik ketimbang yang dibuatnya saat menjajal full marathon virtual London Marathon 2021 5 jam dan 39 menit.

Buat Anna pencapaian itu semakin istimewa karena dia baru pulih dari cedera. Tulang jempol kaki kanannya patah karena kejatuhan benda keras pada bulan Desember 2021. Dokter menyebut perempuan kelahiran Sorong itu harus istirahat selama lima bulan.

"Saat diberi tahu dokter untuk berhenti lari, saya menangis. Yang pertama saya tanyakan,"kapan saya bisa lari lagi," kata Anna.

Karena dokter tidak mengubah vonis, Anna mencari pendapat lain. Dia berkonsultasi kepada dokter yang berbeda. Tetapi, sekali lagi dia mendengar jawaban serupa: Anna harus istirahat selama lima bulan.

"Dokter bilang jangan pikirkan lari, biar tulang nyambung dulu," kata Anna menirukan si dokter.

Kabar menggembirakan diterimanya saat mengecek cedera pada bulan Februari. Tulang jempolnya mulai menyambung. Kondisi itu membuat Anna kembali ke Kompleks Gelora Bung Karno (GBK). Kendati bulan berlari, dia amat senang bisa kembali berlatih strength bersama komunitasnya, Evo Runners.

Bisa berlatih kembali membuat Anna sedikit lebih sabar untuk menunggu jempolnya pulih. Dan, momen itu akhirnya tiba tiga bulan kemudian. Pada bulan Mei, Anna mulai kembali berlari. Dia menandai comebacknya dengan mengikuti race di Pocari Bandung pada 27 Juli dan dilanjutkan BFI pada 14 Agustus. Dia tampil di kategori half marathon.

NEXT: Bukan atlet profesional dan baru mulai lari di usia 47 tahun

Baru Mulai Lari di Usia 47 Tahun

Anna bukan mantan atlet. Dia juga bukan dari keluarga atlet, Anna bahkan baru mulai berolahraga, jalan kaki keliling kompleks rumah, pada usia 47 tahun.

"Dulu saya enggak terlalu suka olahraga. Pada 2016, kungkung (mertua) sakit, di RS. Dia dirawat untuk ganti tempurung kaki, saya nungguin. Nah, di RS bertemu banyak orang sakit, ada yang tertolong nyawanya, ada yang masuk dalam kondisi parah, dari situ saya berpikir, masak sih hidup sia-sia? Walaupun kita tahu nyawa ada di tangan Tuhan, tetapi masak sih enggak mau hidup sehat?" kata Anna.

Momen itu membuat Anna bertekad untuk lebih aktif setelah mertuanya pulang dari rumah sakit. Dia memulai dari berjalan kaki keliling kompleks, tidak jauh, rata-rata cuma 1 km per hari.

"Seiring berjalannya waktu, saya tambah jaraknya. Dari hanya jalan kaki, saya mulai jogging. Mulai coba-coba ikut race lari 5 km. Nekat aja, enggak ada teman, enggak ada komunitas, enggak ada pelatih waktu itu," ujar Anna.

Enggak cuma race jalan raya, Anna mencoba ikut di nomor trail. Rupanya, di lari inilah Anna makin menikmati berlari. "Meski capek, view bagus. Jadi semangat larinya," ujar Anna.

Di tahun berikutnya, dia naik kelas. Anna menjajal race di kategori 10 km. Makin sering ikut race, Anna makin menikmati. Dari sesama pehobi lari yang ditemui di race, dia mulai bergabung dengan komunitas lari di GBK. Anna termasuk sosok yang disiplin, bukan hanya urusan latihan, tetapi juga pola makan.

"Meski baru mulai olahraga di umur 46, saya enggak merasa telat. Saya bersyukur bisa memulai olahraga di tahun 2016, saya selalu bersyukur di setiap kejadian," kata Anna.

Berkaca pengalamannya, Anna mengajak siapapun untuk tidak merasa telat berolahraga. Bahkan, mengikuti race jika mampu.

"Bahkan, di atas usia 50 tahun belum terlambat untuk mencoba hidup sehat, jangan langsung berlari. Seperti saya, saya mengawali dengan berjalan. Umur 50 tahun itu bisa kuat, sehat, bugar. Ayo mulai latihan, jogging, jaga pola makan, makan yang clean, jangan beranggapan 50 tahun itu sudah tua," ujar Anna.

Halaman 3 dari 2
(fem/up)

Berita Terkait