Tren sepatu lari dengan fitur carbon plate tengah jadi sorotan, setelah belakangan ini banyak dikaitkan dengan risiko bone stress injury. Sepatu jenis ini tak cuma digemari atlet profesional, melainkan juga para pelari rekreasional.
Bukan tanpa alasan jika sepatu carbon plate begitu populer. Bagi atlet profesional, fitur canggihnya diyakini bisa mendongkrak performa, sedangkan bagi pelari rekreasional, desainnya yang kece abis juga efektif mendongkrak 'gengsi'.
Menggunakan pelat karbon yang memberikan efek pegas saat menapak pada tanah, sepatu ini memang memungkinkan pemakainya bisa berlari lebih cepat sehingga mencapai garis finish lebih cepat pula. Meskipun demikian, jenis sepatu karbon ini tidak sembarangan bisa dipakai semua orang karena berisiko terkena cedera, lho.
Baru-baru ini, dokter spesialis kedokteran olahraga dr Andi Kurniawan, SpKO, merupakan salah satu dokter yang kerap mendapati pasien terkait masalah ini. Ia menjelaskan bahwa dirinya mendapati kasus bone stress injury ketiga dalam empat sampai enam minggu terakhir pada olahragawan rekreatif. Ia juga melanjutkan bahwa semuanya berkaitan dengan sepatu karbon.
"Kasus bone stress injury ke 3 pelari dalam 4 sd 6 minggu terakhir. Semuanya related sepatu carbon," terang dr Andi melalui Instagram Story pribadinya.
Memangnya, senyaman apa sih rasanya pakai sepatu karbon?
Seorang pegiat lari marathon yang aktif menggunakan sepatu karbon, Ronald Manullang, mengaku menggunakan sepatu karbon untuk berolahraga. Menurutnya, sepatu ini terasa ringan dan memiliki sensasi gaya dorong. Namun, sepatu karbon tidak empuk sehingga bisa menyebabkan ketidakstabilan saat lari.
"Jadi, sepatu karbon itu biasanya lebih ringan. Kalau di sepatu karbon itu ada gaya dorong juga. Dan si karbon itu kan kayak pelat keras, jadi dia nggak empuk sebenarnya. Karena ketidakempukkannnya itu, sebenarnya itu sepatu tidak stabil dan untuk melayang gitu. Jadi ground contact terhadap tempat landasan kita itu, kita dipaksa untuk naik lagi lebih cepat," ungkap Ronald dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (01/09/2023).
Terkait risiko cedera yang belakangan banyak dikaitkan dengan sepatu karbon, Ronald pun pernah mengalaminya. Ia mengalami cedera stress fracture dan incomplete fracture ketika sedang mengikuti New York Marathon.
"Jadi persiapan aku di New York Marathon, aku punya dua sepatu dan hampir di semua latihan aku menggunakan sepatu karbon. Pada akhirnya waktu di marathon aku mengalami fracture dari kilometer ke-8 sampai ke-42," katanya.
Meskipun demikian, Ronald percaya bahwa sepatu karbon bukanlah masalah utama penyebab cedera yang ia alami. Sepatu karbon hanya memperburuk situasi ketika digunakan secara tidak bijak dan berlebihan.
"Kebanyakan orang-orang, termasuk saya juga melakukan kesalahan yang sama adalah semua satu jenis sepatu saya gunakan untuk semua latihan," jelas Ronald.
NEXT: Bijak menggunakan sepatu karbon
(up/up)