Kisah-kisah 'Heroik' di Balik Turunnya Angka Kematian Ibu di Gorontalo

Kesehatan Ibu dan Anak

Kisah-kisah 'Heroik' di Balik Turunnya Angka Kematian Ibu di Gorontalo

- detikHealth
Kamis, 12 Mar 2015 11:29 WIB
Kisah-kisah Heroik di Balik Turunnya Angka Kematian Ibu di Gorontalo
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Makassar -

Kecamatan Pinogu di Gorontalo berjarak 12 jam perjalanan darat dari ibukota Kabupaten Bone Bolango. Merupakan sebuah perjuangan berat untuk menyelamatkan ibu hamil dengan ganguan kesehatan di wilayah tersebut.

Seorang tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango, Roos Panai, SKep, Ns, MPH, mengisahkan salah satu kasus yang pernah ditanganinya. Seorang ibu hamil dengan kondisi gizi buruk ditemukan oleh tim bidan di Kecamatan Pinogu dan harus dievakuasi ke ibukota kabupaten.

"Selain kurang gizi, ibu ini juga punya riwayat persalinan yang buruk dalam kehamilan sebelumnya. Ini adalah kehamilan keenam, dari suami ketiga," tutur Roos, ditemui baru-baru ini dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Timur, di Makassar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sang ibu yang usia kehamilannya baru 7 bulan ini dievakuasi dengan menempuh perjalanan selama 12 jam lalu diinapkan di sebuah rumah tunggu di ibukota kabupaten. Berkat perawatan intensif, kondisinya terkoreksi. Berat janin yang semula diperkirakan cuma 900 gram, naik menjadi 3.600 gram saat tiba waktunya untuk dilahirkan.

Baca juga: Sosialisasikan KB, Dede Yusuf: Jangan Nikah di Usia 18 Tahun

Masalahnya belum selesai, ibu ini harus melahirkan dengan bedah caesar. Sementara sang ibu sudah tidak didampingi suami, hanya ada beberapa petugas yang merawatnya. Ia tidak bisa langsung dibedah karena harus ada surat persetujuan dari keluarga.

"Bagaimana mungkin, ini kasus sudah emergency. Ibu ini berasal dari daerah yang tidak ada sinyal (ponsel), butuh waktu 2-3 hari untuk mendatangkan keluarganya," lanjut Roos.

Camat Pinogu yang kebetulan sedang ada rapat di ibukota Kabupaten Bone Bolango, akhirnya mengaku sebagai saudara. Itu saja belum cukup, rumah sakit mengharuskan ada dua kerabat yang memberikan persetujuan. Istri pak camat turun tangan, dan akhirnya operasi bisa dilakukan, ibu maupun bayinya selamat.

Dalam kasus lain, Roos dan timnya mendapatkan kasus ibu hamil dengan pre eklampsia atau keracunan kehamilan di sebuah daerah terpencil di Kecamatan Suwawa Selatan. Petugas harus bersusah payah membujuk karena sang ibu tidak mau dirawat ke rumah sakit. Di rumah sakit, si ibu kabur saat petugas lengah meski akhirnya bisa dibujuk kembali.

Dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu hamil dan bayinya, kegigihan Roos dan rekan-rekan sejawat tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Bone Bolango patut diacungi jempol. Roos mengklaim, angka kematian ibu (AKI) di kabupaten tersebut mengalami penurunan yang signifikan pada 2014.

"Pada 2013 terjadi 9 kasus kematian ibu, sedangkan pada 2014 hanya 4 kasus. Itu pun kasus yang memang berat, 2 di antaranya Guillain Barre Syndrome (GBS) dan 1 kasus penyakit jantung," kata Roos.

Pencapaian di Bone Bolango tersebut, menurut Roos telah melampaui target Provinsi Gorontalo untuk menurunkan AKI sebesar 50 persen. Pada 2012, AKI di Provinsi Gorontalo tercatat 244,4/1.000 kelahiran, turun dari 251/1.000 pada 2011. Secara nasional, data terakhir menunjukkan AKI di Indonesia masih 359/1.000 kelahiran.

Baca juga: Usulan Kenaikan Usia Batas Minimal Nikah untuk Hindari Risiko Kehamilan Dini

(up/vta)

Berita Terkait