Sebanyak 18 panelis menyatakan sepakat untuk menyetujui obat tersebut, dengan syarat harus ada program manajemen risiko. Hanya 6 yang menolak, dan tidak satupun yang menyetujui tanpa syarat berupa program manajemen risiko.
Manfaat obat ini dinilai tidak seberapa, namun oleh para panelis dinilai sangat berarti bagi beberapa pasien. Sejumlah efek samping menjadi catatan penting, antara lain pingsan pada waktu-waktu yang tidak diharapkan, cedera akibat kecelakaan, dan tekanan darah rendah.
Baca juga: 'Viagra' untuk Wanita, Manjur Tapi Efek Sampingnya Mengkhawatirkan
Sebelumnya, FDA telah menolak izin edar obat dengan kandungan flibanserin ini sebanyak 2 kali. Badan ini tidak harus mengikuti saran para panelis untuk menyetujui izin edarnya kali ini, tetapi seperti dikutip dari Reuters, Jumat (5/6/2015), biasanya keputusannya sejalan dengan suara panelis.
Dibandingkan Viagra (Sildenafil) yang ditujukan untuk pria, flibanserin bekerja dengan cara yang berbeda pada wanita. Flibanserin bekerja di otak, sementara Viagra bekerja melancarkan aliran darah untuk membangkitkan ereksi.
Dukungan terhadap obat ini tidak lepas dari suara para kelompok wanita, yang mengeluhkan tidak adanya obat untuk mengatasi disfungsi seksual untuk wanita khususnya pada masa pramenopause. Sementara pada pria, ada begitu banyak pilihan selain Viagra.
Baca juga: Berdalih untuk Obati Lemah Syahwat, Dokter Ini Cabuti Gigi Pasiennya
(up/up)











































