Praktik sunat sembarangan nyatanya masih marak di Afrika Selatan. Bahkan tercatat ada 250 pria muda yang terpaksa kehilangan penis tiap tahunnya akibat prosedur ini. Tak mau tinggal diam, seorang dokter ahli urologi terkemuka di sana pun turun tangan.
Pada bulan Desember 2014, sang dokter, Andre van der Merwe memimpin sebuah tim untuk melakukan tindakan operasi terhadap seorang pasien berusia 21 tahun yang kehilangan penisnya karena tradisi sunat sembarangan. Sebelum ditangani tim Dr Andre, penis pasien dilaporkan hanya tinggal 1 cm, dan mengalami kerusakan cukup parah.
Baca juga: Selamat! Pasien Transplantasi Penis Pertama di Dunia Akan Jadi Ayah
Operasi yang terselenggara atas kerjasama Tygerberg Hospital dan University of Stellenbosch ini kemudian digelar dan menghabiskan waktu kurang lebih selama 9 jam. Yang membanggakan, prosedur yang dilakukan Dr Andre tercatat sebagai operasi transplantasi penis pertama di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Target kami adalah supaya pasien bisa berfungsi sepenuhnya setelah dua tahun tapi kami terkejut dengan proses penyembuhannya yang cepat," tandas Dr Andre yang juga kepala departemen urologi di University of Stellenbosch, seperti dikutip dari berbagai sumber, Selasa (16/6/2015).
Belum sampai dua tahun, fungsi kencing dan reproduksi pasien yang dirahasiakan identitasnya tersebut sudah pulih. Bahkan beberapa hari lalu dikabarkan bahwa kekasih si pasien tengah mengandung empat bulan. "Ini berarti transplantasinya sukses," timpal Andre bangga.
Di sisi lain Dr Andre meyakini jika fungsi reproduksi pria ini memang tidak bergeser akibat praktik sunat sembarangan. Sebab ia hanya mengalami kerusakan pada penis, bukan pada testis atau pabrik spermanya.
Baca juga: Penis Terpotong, Perlukah Penis Buatan?
Dengan keberhasilan itu, Dr Andre berencana melanjutkan proyeknya untuk menolong anak-anak muda Afrika Selatan yang kerap dirugikan oleh praktik sunat tradisional. Kabarnya sudah ada 9 pasien yang telah mengantri untuk memperoleh prosedur serupa.
Uniknya, sejak keberhasilannya itu, sejumlah media massa menyebut dokter berusia 47 tahun itu sebagai 'Dr Dick'. Ia juga kerap diundang untuk berbicara tentang operasinya tersebut di sejumlah negara seperti Kolombia, Rusia, dan Amerika.
"Saya bahkan pernah mendapat email dari seseorang di Amerika yang minta penisnya diangkat, karena ia tak ingin memiliki gender tertentu, dan menyumbangkan kelaminnya untuk orang lain. Saya berencana meminta kolega saya di Amerika untuk melakukan operasinya di sana dengan saya sebagai konsultannya," katanya beberapa waktu lalu.
(lll/up)











































