Pada studi yang pertama peneliti melihat sel-sel telur tikus yang telah dibuahi dari dua kelompok. Satu kelompok dibuahi sperma tikus yang memiliki diet tinggi lemak sementara kelompok lainnya memiliki diet normal. Hasilnya bayi tikus yang lahir dari kelompok sperma diet tinggi lemak menunjukkan adanya gejala prediabetes.
Pada usia 15 minggu kondisi keturunan dari kelompok yang diet tinggi lemak semakin buruk. Meski secara pertumbuhan tak ada perbedaan di antara dua kelompok keturunan tersebut, namun dengan adanya gejala tersebut menunjukkan betapa besarnya dampak diet seorang ayah dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam studi yang kedua hal serupa dilakukan hanya saja kali ini kelompok tikus dibedakan menjadi kelompok dengan diet rendah protein dan diet normal. Awalnya tak ada perbedaan yang terlihat pada dua kelompok tersebut, namun ketika peneliti mengisolasi ribonucleic acid (RNA) terlihat ada beberapa genetik yang berkaitan dengan sel punca terpengaruh.
"Kita harus berhati-hati melihat bagaimana pria menjalani hidupnya," kata ahli biologi reproduksi Sarah Kimmins dari McGill University.
"Paparan-paparan lingkungan terekam dalam sperma dan menurun ke anak. Jika seorang pria menjalani gaya hidup tak sehat, buruk, dia tak hanya memengaruhi kesehatannya tapi juga keturunannya kelak," pungkas Kimmins seperti dikutip dari Medical Today pada Selasa (5/1/2016).
Baca juga: Ini Dia Bayi dari Sperma Simpanan Tertua di Dunia (fds/up)











































