Tengah Dikembangkan, Alat Pengecek Kadar Oksigen dalam Tubuh Saat Operasi

Tengah Dikembangkan, Alat Pengecek Kadar Oksigen dalam Tubuh Saat Operasi

Hillariana ID - detikHealth
Senin, 18 Apr 2016 18:00 WIB
Tengah Dikembangkan, Alat Pengecek Kadar Oksigen dalam Tubuh Saat Operasi
Foto: BBC
Tokyo - Oksigen dibutuhkan tubuh untuk beraktivitas. Namun, ada kalanya tubuh terpaksa tidak bisa mendapat suplai oksigen secara normal, misalnya saja ketika seseorang tengah menjalani prosedur operasi.

Nah, untuk mencegah tubuh kekurangan oksigen, baru-baru ini peneliti dari Universitas Tokyo mengatakan mereka tengah mengembangkan perangkat electronic 'skin' atau E-skin yang dapat menghitung kadar oksigen di dalam tubuh. Penggunaan alat ini bertujuan untuk membantu memantau kadar oksigen di dalam organ selama operasi berlangsung.

Peneliti mengungkapkan, E-Skin saat ini sudah dalam tahap uji coba terhadap manusia. Disebutkan, perangkat ini berisi komponen mikro-elektronik yang akan menyala merah, biru, atau hijau pada permukaan tubuh. Saat ini, E-skin sudah sampai pada tahap dapat menampilkan angka dan huruf pada kulit untuk tujuan pemantauan kesehatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"E-Skin mengukur konsentrasi oksigen pada darah, ketika direkatkan pada jari," tutur ketua peneliti Tomoyuki Yokota, dikutip dari BBC, Senin (18/4/2016).

Baca juga: Ini yang Terjadi Saat Otak Kekurangan Oksigen

Tomoyuki menambahkan pada akhirnya, sensor optik organik yang fleksibel akan dapat direkatkan pada organ yang ingin dilihat kadar oksigennya, agar tingkat oksigen darah selama dan setelah operasi dapat dipantau.

Beberapa waktu lalu, pakar bedah saraf dari RS Medistra, dr M Radhian Arief SpBS, mengatakan ketika otak kekurangan oksigen maka terjadi cerebral hypoxia. Orang yang rentan mengalami kondisi ini antara lain pasiem stroke. Yakni jika terjadi sumbatan pada pembuluh darah otak sehingga aliran darah tersumbat dan oksigen tidak dapat dihantarkan ke otak.

"Jaringan otak adalah jaringan yang bisa disebut manja dengan kebutuhan oksigen. Otak sangat membutuhkan oksigen dalam dalam jumlah yang cukup banyak. Kekurangan oksigen berat juga akan membuat otak mengalami pembengkakan. Akibatnya akan menekan bagian batang otak yang mengakibatkan kematian," terang pria yang akrab disapa dr Andra ini.

Efek jangka pendek dari cerebral hypoxia antara lain efek kompensasi dari organ-organ lainnya yang berusaha mengembalikan kecukupan oksigen di otak. dr Andra mencontohkan frekuensi napas meningkat, denyut jantung bertambah cepat, badan terasa lemas karena kadar oksigen ke bagian tubuh lainnya dikurangi untuk mencukupi suplai ke otak. Jika hal ini tidak bisa ditanggulangi, maka akan mengakibatkan kematian jaringan otak. Selain itu bisa terjadi gangguan fungsi atau kelumpuhan fungsi sesuai dengan fungsi lokasi otak yang mati.

Baca juga: Bila Tak Mendesah, Manusia Bisa Mati karena Gagal Paru (rdn/vit)

Berita Terkait