Namun karena banyak dari mereka yang terbentur faktor usia, pasangan ini akhirnya memilih jalan lain untuk memiliki keturunan, yaitu dengan in-vitro fertilization atau bayi tabung.
"Makin banyak wanita yang datang ke kami dan meminta diberi anak kedua," ungkap Dr Liu Jiaen, kepala sebuah rumah sakit swasta yang khusus menangani terapi kesuburan di Beijing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peluang kehamilan mereka memang sangat rendah, jadi mereka merasa harus segera memiliki anak lagi secepatnya," urainya seperti dilaporkan CBS News.
Baca juga: Kebanyakan Penduduk Tua, China Resmi Cabut Kebijakan Satu Anak
China's Women's and Children's Department melaporkan di tahun 2014 sudah tercatat 700.000 wanita yang menjalani terapi bayi tabung, dan angka ini diperkirakan terus bertambah mengingat permintaan berbagai jenis terapi kesuburan meningkat seiring dengan pencabutan kebijakan satu anak, bahkan terapi yang menggunakan pengobatan tradisional sekalipun.
"Saat ini yang paling dicari adalah klinik kesuburan, baik di Beijing dan Shanghai, bahkan rumah sakit yang lain dituntut untuk menyediakan terapi ini," lanjut Liu.
Meski begitu, dilonggarkannya kebijakan ini juga dirasa sia-sia karena dewasa ini generasi muda di China lebih memilih membangun keluarga kecil ketimbang harus menghadapi risiko biaya hidup yang tinggi karena punya anak lebih dari satu.
Toh ketika pemerintah mencoba melonggarkan kebijakan ini di tahun 2013 dengan mengizinkan sebuah keluarga untuk memiliki dua anak, jumlah kelahiran di China justru menurun.
Kini giliran bank sperma di China yang kelabakan karena mereka kekurangan stok. Bagaimana tidak, banyak pria muda yang enggan mendonorkan benihnya semata-mata karena takut jika kelak keturunannya mendatangi mereka atau meminta pertanggungjawaban.
Baca juga: Dua Anak Cukup, Laki atau Perempuan Kadang-kadang Tidak Sama (lll/vit)











































