Hal itu karena jumlah korban yang meninggal pada Januari 2017 angkanya lebih tinggi hingga empat kali lipat pada bulan yang sama di tahun lainnya. Komisi Kesehatan Nasional China mencatat dari Oktober 2016 sudah ada sekitar 100 orang yang meninggal karena flu burung.
Baca juga: Di Tahun 2017, Kemenkes Bersiap Hadapi Kembalinya Ancaman Flu Burung
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Investigasi masih berlangsung jadi terlalu prematur bagi kita untuk menentukan penyebab peningkatan kasus. Sejauh ini yang telah kita ketahui adalah kebanyakan manusia terinfeksi H7N9 akibat kontak dengan unggas atau lingkungan yang tercemar, termasuk pasar burung," lanjut WHO.
Kebanyakan dari kasus yang dikonfirmasi datang dari daerah Selatan dan pesisir China. The Center for Infectious Disease Research and Policy (CIDRAP) di University of Minnesota memperkirakan setidaknya di musim dingin ini ada 347 kasus infeksi H7N9 di China.
"Salah satu faktor penting dari munculnya gelombang peningkatan kasus infeksi H7N9 pada manusia di China adalah karena kedekatan dengan pasar burung," kata ahli virus Ian Mackay dari University of Queensland.
"Untuk musim ini tampaknya ada respons yang lebih lambat juga sehingga berdampak pada lebih banyak manusia yang terekspos," pungkas Ian.
Baca juga: WHO Siap-siap Hadapi Kembalinya Wabah Flu Burung di Dunia (fds/vit)











































