Tak Semua Anak Senang Dipuji, Ortu Perlu Tahu 5 'Bahasa Kasih' Anak

Tak Semua Anak Senang Dipuji, Ortu Perlu Tahu 5 'Bahasa Kasih' Anak

Ajeng Anastasia Kinanti - detikHealth
Jumat, 31 Mar 2017 15:37 WIB
Tak Semua Anak Senang Dipuji, Ortu Perlu Tahu 5 Bahasa Kasih Anak
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Meski pujian dianggap menyenangkan, faktanya tak semua anak suka dipuji lho. Beda 'bahasa kasih' anak, beda pula perlakuan yang bisa membuatnya senang.

Hal tersebut disampaikan oleh psikolog Elizabeth Santosa, MPsi, atau Lizzie dalam konferensi pers Happy Wonderland Lactogrow di Pacific Place, Jakarta, Kamis (30/3/2017). Menurut Lizzie, untuk menciptakan momen berkualitas dengan anak, salah satu langkah penting yang perlu dilakukan orang tua adalah menerapkan bahasa kasih alias 'love languages of children'.

"Tiap anak punya tipe bahasa kasih sendiri. Ibunya bilang 'mami bangga sama kamu', satu anak ada yang merasa senang, tapi ada juga yang biasa-saja. Nah yang biasa-biasa saja itu mungkin lebih senang kalau dipeluk, kan beda-beda ya berarti. Tiap anak punya gaya bahasa kasih sendiri," tutur Lizzie. Berikut 5 bahasa kasih anak tersebut:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Saran Psikolog untuk Membangun Rasa Percaya Diri di Usia Balita

1. Afirmasi

Foto: thinksctock
Ditandai dengan pemberian pujian pada anak atas usaha dan kerja keras yang dilakukannya. Agar anak tak jadi manja karena sering dipuji, Lizzie mengingatkan orang tua untuk hanya memuji anak bila ia telah melakukan usaha tertentu. Misalnya anak mendapatkan nilai baik setelah belajar, anak mau membantu ibu, dan lain-lain.

"Puji anak pada kerja kerasnya, effort-nya, bukan karakteristik yang dimilikinya. Misalnya dia tinggi, tampan rambutnya keriwil. Hindari yang seperti itu. Orang tua juga harus bijak," ujar Lizzie.

2. Waktu yang berkualitas

Foto: Thinkstock
Anak dengan tipe bahasa kasih seperti ini umumnya lebih senang jika orang tuanya mau menemani. Tak masalah jika harus ikut ibu atau ayahnya pergi bekerja, yang penting ia bisa terus ikut bersama orang tuanya. Menurut Elizabeth, anak tipe ini sangat menyukai 'quality time' bersama kedua orang tuanya.

"Quality time-nya tanpa gadget sama sekali ya. Jadi terus ada kontak mata dengan anak. Buatlah anak merasa dirinya paling penting. Jangan anak mau cerita malah disuruh diam," imbuhnya.

3. Sentuhan fisik

Foto: thinkstock
Sebagian anak ada yang lebih menyukai dipeluk ketimbang sekadar dipuji. Selain itu, ia juga biasanya akan merasa lebih nyaman jika orang tuanya mau mengusap, memeluk atau menciumnya. Selain membuat anak lebih bahagia, sentuhan fisik dari orang tua ke anak secara rutin juga membantu meningkatkan bonding dengan menambah produksi hormon oksitosin.

"Per hari orang tua dianjurkan melakukan minimal 8 kali sentuhan fisik dengan anak, baik berupa kecupan, pelukan atau usapan. Itu harus," tegas Lizzie.

4. Hadiah atau reward

Foto: thinkstock
Ada juga anak yang sangat menyukai apabila orang tua menghargai usahanya dengan memberikan reward baik berupa hadiah atau hal lain yang tak perlu dibeli, misalnya masakan istimewa. Mungkin terkesan sepele, namun menurut Lizzie anak dengan tipe bahasa kasih seperti ini akan sangat bahagia dan dihargai jika orang tuanya mau memberikan hadiah atas usahanya.

5. Membantu

Foto: thinkstock
"Anak juga ada yang justru merasa dikasihi orang tuanya ketika ia dibantu. Anak yang bilang 'boleh bantu ini bu?', mungkin sebenarnya dia ingin ditemani," ujar Lizzie.

Selain meringankan beban anak, membantu dan menemani anak dikatakan oleh Lizzie juga turut menambah rasa kedekatan antara orang tua dan anak. Yang terpenting, orang tua tetap harus membedakan mana yang benar-benar anak tidak bisa lakukan sama sekali. Jika demikian, tetap temani anak namun tak perlu harus membantu terus sampai selesai.

"Pilih mana yang tidak bisa ia lakukan dan mana yang ia hanya sekadar bermanja-manja. Jangan sampai orang tua melakukan semua dan si anak jadi tidak melakukan apapun sama sekali, misalnya saat membuat pekerjaan rumah," pesan Lizzie.

Baca juga: Orang Tua Harus Ketahui Dampak Bila Terlalu Sering Ekspos Foto Anak


Halaman 2 dari 6
Ditandai dengan pemberian pujian pada anak atas usaha dan kerja keras yang dilakukannya. Agar anak tak jadi manja karena sering dipuji, Lizzie mengingatkan orang tua untuk hanya memuji anak bila ia telah melakukan usaha tertentu. Misalnya anak mendapatkan nilai baik setelah belajar, anak mau membantu ibu, dan lain-lain.

"Puji anak pada kerja kerasnya, effort-nya, bukan karakteristik yang dimilikinya. Misalnya dia tinggi, tampan rambutnya keriwil. Hindari yang seperti itu. Orang tua juga harus bijak," ujar Lizzie.

Anak dengan tipe bahasa kasih seperti ini umumnya lebih senang jika orang tuanya mau menemani. Tak masalah jika harus ikut ibu atau ayahnya pergi bekerja, yang penting ia bisa terus ikut bersama orang tuanya. Menurut Elizabeth, anak tipe ini sangat menyukai 'quality time' bersama kedua orang tuanya.

"Quality time-nya tanpa gadget sama sekali ya. Jadi terus ada kontak mata dengan anak. Buatlah anak merasa dirinya paling penting. Jangan anak mau cerita malah disuruh diam," imbuhnya.

Sebagian anak ada yang lebih menyukai dipeluk ketimbang sekadar dipuji. Selain itu, ia juga biasanya akan merasa lebih nyaman jika orang tuanya mau mengusap, memeluk atau menciumnya. Selain membuat anak lebih bahagia, sentuhan fisik dari orang tua ke anak secara rutin juga membantu meningkatkan bonding dengan menambah produksi hormon oksitosin.

"Per hari orang tua dianjurkan melakukan minimal 8 kali sentuhan fisik dengan anak, baik berupa kecupan, pelukan atau usapan. Itu harus," tegas Lizzie.

Ada juga anak yang sangat menyukai apabila orang tua menghargai usahanya dengan memberikan reward baik berupa hadiah atau hal lain yang tak perlu dibeli, misalnya masakan istimewa. Mungkin terkesan sepele, namun menurut Lizzie anak dengan tipe bahasa kasih seperti ini akan sangat bahagia dan dihargai jika orang tuanya mau memberikan hadiah atas usahanya.

"Anak juga ada yang justru merasa dikasihi orang tuanya ketika ia dibantu. Anak yang bilang 'boleh bantu ini bu?', mungkin sebenarnya dia ingin ditemani," ujar Lizzie.

Selain meringankan beban anak, membantu dan menemani anak dikatakan oleh Lizzie juga turut menambah rasa kedekatan antara orang tua dan anak. Yang terpenting, orang tua tetap harus membedakan mana yang benar-benar anak tidak bisa lakukan sama sekali. Jika demikian, tetap temani anak namun tak perlu harus membantu terus sampai selesai.

"Pilih mana yang tidak bisa ia lakukan dan mana yang ia hanya sekadar bermanja-manja. Jangan sampai orang tua melakukan semua dan si anak jadi tidak melakukan apapun sama sekali, misalnya saat membuat pekerjaan rumah," pesan Lizzie.

Baca juga: Orang Tua Harus Ketahui Dampak Bila Terlalu Sering Ekspos Foto Anak


(ajg/up)

Berita Terkait