Jalani Operasi Otak Sambil Main Gitar? Orang-orang Ini Pernah Mengalaminya

Jalani Operasi Otak Sambil Main Gitar? Orang-orang Ini Pernah Mengalaminya

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Kamis, 27 Jul 2017 13:45 WIB
Jalani Operasi Otak Sambil Main Gitar? Orang-orang Ini Pernah Mengalaminya
Abhishek Prasad, pria yang dioperasi otaknya dalam keadaan sadar. (Foto: CNN)
Jakarta - Di dunia medis, bedah otak dengan pasien dalam keadaan sadar sebenarnya bukanlah hal yang langka. Nyatanya di sejumlah negara, prosedur ini sudah kerap dilakukan.

Yang terbaru dialami oleh seorang gitaris asal India. Ia mengalami gangguan saraf yang membuat jari-jarinya tak lagi bisa dipakai untuk memetik gitar.

Gangguan saraf ini ternyata diakibatkan oleh gangguan pada sirkuit otaknya. Oleh dokter, persoalan ini diatasi dengan sebuah prosedur khusus. Menariknya, si gitaris dibuat tersadar ketika otaknya 'diobok-obok'. Ia bahkan diminta memainkan gitarnya selama operasi berlangsung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum pria ini, siapa saja yang sudah pernah merasakan dibedah dalam keadaan sadar ya? Simak paparannya seperti dirangkum detikHealth, Kamis (27/7/2017) berikut ini.

Baca juga: Pria Ini Main Gitar Saat Otaknya Dibedah, Ternyata Ada Maksudnya

1. Rolden Batista

Foto: CEN/A Tribuna
Ditemukan tumor dalam otaknya, pria bernama Rolden ini diminta memilih antara operasi dalam keadaan sadar ataupun tidak. Namun karena mendengar bahwa operasi dalam keadaan sadar memiliki tingkat keberhasilan yang lebih besar, maka ia pun lebih memilih dioperasi dalam keadaan sadar. Bahkan saat operasi Maret lalu, pria berusia 40 tahun itu diminta memainkan gitar dan bernyanyi.

Ahli bedah menjelaskan, membiarkan pasien asal Brazil itu tetap sadar dan bernyanyi merupakan cara tercepat untuk mengetahui apakah mereka telah membuat kesalahan selama prosedur atau tidak. Jika pasien diketahui tidak bisa melafalkan lagu, maka saat itu juga dokter akan 'memperbaiki' bagian otak yang mengontrol gerakan, ucapan dan indra sebelum terlambat.

Baca juga: Pria Ini Bermain Gitar Saat Jalani Operasi Otak

2. Li

Foto: Southern Daily/Telegraph
Seorang pria asal China bernama Li terpaksa berhenti menjadi gitaris karena jari-jarinya tak bisa digerakkan. Namun selama 20 tahun ia tak tahu sebabnya dan sudah berobat kemana-mana tanpa hasil. Hingga akhirnya Li bertemu dengan seorang dokter yang mendiagnosisnya dengan 'focal hand disorder' (FHD).

FHD mengakibatkan hilangnya kendali seseorang terhadap otot-otot tertentu di tubuhnya, dan kondisi ini lazim ditemukan pada musisi. Dokter tersebut akhirnya menawarinya dengan prosedur bedah yang disebut 'deep brain stimulation', di mana bagian otak yang mengalami kelumpuhan dan membuat Li tak bisa bermain gitar lagi diberi stimulasi listrik agar 'hidup' kembali.

Untuk memastikan tim dokter menangani bagian otak yang tepat, maka Li dibuat sadar sepanjang operasi dan memintanya bermain gitar. Prosedur dilakukan pada Januari 2016 silam, saat usia Li menginjak 57 tahun.

Baca juga: Musisi Ini Bisa Kembali Main Gitar Setelah Otaknya Dibedah

3. Carlos Aguilera

Foto: Malaga Regional Hospital
Sering mengeluh pening, belakangan ketahuan jika Carlos memiliki tumor di otaknya. Namun untuk memupuskan kekhawatiran Carlos bahwa operasi akan menyebabkan kerusakan pada otaknya, tim dokter membedah dan mengangkat tumor di otak Carlos dengan prosedur yang tak biasa.

Operasi dilakukan pada bulan Desember 2015 silam. Selama operasi, pria asal Spanyol itu tidak dibius sekaligus diminta memainkan saksofon untuk mengetahui respons otaknya.

Tumor Carlos akhirnya berhasil terangkat setelah 12 jam menjalani operasi, dan ia dinyatakan pulih sepenuhnya hanya dalam waktu dua bulan.

Baca juga: Wah! Pria Ini Mainkan Saksofon Saat Tumor Otaknya Diangkat

4. Reuben Hill

Foto: BBC
Di tahun 2015 lalu, Reuben tiba-tiba tak sadarkan diri di kamarnya. Setelah diperiksa, Reuben didiagnosis dengan epilepsi yang dipicu oleh tumor di otaknya.

Oleh tim dokter, Reuben ditawari untuk menjalani operasi di mana ia dibuat sadar dan diminta berbicara serta bernyanyi. Kebetulan Reuben juga anggota paduan suara di kampusnya di London.

Selain karena prosedur tersebut, tim dokter dikabarkan menggunakan terobosan baru untuk menangani kasus Reuben, yaitu menggunakan laser khusus yang dapat membedakan antara jaringan otak sehat dengan tumor. Pria yang saat dioperasi berumur 22 tahun itu diklaim sebagai orang Inggris pertama yang beruntung bisa merasakannya.

Baca juga: Pertama Kalinya Dokter Bedah Pakai Laser Khusus untuk Temukan Tumor Otak

5. Ambroz Bajec-Lapajne

Foto: YouTube
Ambroz didiagnosis dengan salah satu jenis tumor otak yang paling agresif bernama Glioblastoma multiforme (GMB). Jika tidak segera diangkat, 90 persen pasien tumor otak ini akan meninggal dalam kurun tiga tahun pasca diagnosis.

Namun karena tak ingin kehilangan kemampuannya bernyanyi tenor, Ambroz diminta dokter untuk tetap melantunkan suaranya saat otaknya tengah dibedah.

Selain diminta bernyanyi, tim dokter juga mengoperasi otak Ambroz tanpa memberinya obat bius. Dengan membuat Ambroz tetap terjaga, mereka dapat terus memantau kemampuan otak pasien untuk memvokalisasi perubahan nada saat ia bernyanyi.

Baca juga: Tanpa Dibius, Pria Ini Jalani Operasi Otak Sambil Bernyanyi Tenor
Halaman 2 dari 6
Ditemukan tumor dalam otaknya, pria bernama Rolden ini diminta memilih antara operasi dalam keadaan sadar ataupun tidak. Namun karena mendengar bahwa operasi dalam keadaan sadar memiliki tingkat keberhasilan yang lebih besar, maka ia pun lebih memilih dioperasi dalam keadaan sadar. Bahkan saat operasi Maret lalu, pria berusia 40 tahun itu diminta memainkan gitar dan bernyanyi.

Ahli bedah menjelaskan, membiarkan pasien asal Brazil itu tetap sadar dan bernyanyi merupakan cara tercepat untuk mengetahui apakah mereka telah membuat kesalahan selama prosedur atau tidak. Jika pasien diketahui tidak bisa melafalkan lagu, maka saat itu juga dokter akan 'memperbaiki' bagian otak yang mengontrol gerakan, ucapan dan indra sebelum terlambat.

Baca juga: Pria Ini Bermain Gitar Saat Jalani Operasi Otak

Seorang pria asal China bernama Li terpaksa berhenti menjadi gitaris karena jari-jarinya tak bisa digerakkan. Namun selama 20 tahun ia tak tahu sebabnya dan sudah berobat kemana-mana tanpa hasil. Hingga akhirnya Li bertemu dengan seorang dokter yang mendiagnosisnya dengan 'focal hand disorder' (FHD).

FHD mengakibatkan hilangnya kendali seseorang terhadap otot-otot tertentu di tubuhnya, dan kondisi ini lazim ditemukan pada musisi. Dokter tersebut akhirnya menawarinya dengan prosedur bedah yang disebut 'deep brain stimulation', di mana bagian otak yang mengalami kelumpuhan dan membuat Li tak bisa bermain gitar lagi diberi stimulasi listrik agar 'hidup' kembali.

Untuk memastikan tim dokter menangani bagian otak yang tepat, maka Li dibuat sadar sepanjang operasi dan memintanya bermain gitar. Prosedur dilakukan pada Januari 2016 silam, saat usia Li menginjak 57 tahun.

Baca juga: Musisi Ini Bisa Kembali Main Gitar Setelah Otaknya Dibedah

Sering mengeluh pening, belakangan ketahuan jika Carlos memiliki tumor di otaknya. Namun untuk memupuskan kekhawatiran Carlos bahwa operasi akan menyebabkan kerusakan pada otaknya, tim dokter membedah dan mengangkat tumor di otak Carlos dengan prosedur yang tak biasa.

Operasi dilakukan pada bulan Desember 2015 silam. Selama operasi, pria asal Spanyol itu tidak dibius sekaligus diminta memainkan saksofon untuk mengetahui respons otaknya.

Tumor Carlos akhirnya berhasil terangkat setelah 12 jam menjalani operasi, dan ia dinyatakan pulih sepenuhnya hanya dalam waktu dua bulan.

Baca juga: Wah! Pria Ini Mainkan Saksofon Saat Tumor Otaknya Diangkat

Di tahun 2015 lalu, Reuben tiba-tiba tak sadarkan diri di kamarnya. Setelah diperiksa, Reuben didiagnosis dengan epilepsi yang dipicu oleh tumor di otaknya.

Oleh tim dokter, Reuben ditawari untuk menjalani operasi di mana ia dibuat sadar dan diminta berbicara serta bernyanyi. Kebetulan Reuben juga anggota paduan suara di kampusnya di London.

Selain karena prosedur tersebut, tim dokter dikabarkan menggunakan terobosan baru untuk menangani kasus Reuben, yaitu menggunakan laser khusus yang dapat membedakan antara jaringan otak sehat dengan tumor. Pria yang saat dioperasi berumur 22 tahun itu diklaim sebagai orang Inggris pertama yang beruntung bisa merasakannya.

Baca juga: Pertama Kalinya Dokter Bedah Pakai Laser Khusus untuk Temukan Tumor Otak

Ambroz didiagnosis dengan salah satu jenis tumor otak yang paling agresif bernama Glioblastoma multiforme (GMB). Jika tidak segera diangkat, 90 persen pasien tumor otak ini akan meninggal dalam kurun tiga tahun pasca diagnosis.

Namun karena tak ingin kehilangan kemampuannya bernyanyi tenor, Ambroz diminta dokter untuk tetap melantunkan suaranya saat otaknya tengah dibedah.

Selain diminta bernyanyi, tim dokter juga mengoperasi otak Ambroz tanpa memberinya obat bius. Dengan membuat Ambroz tetap terjaga, mereka dapat terus memantau kemampuan otak pasien untuk memvokalisasi perubahan nada saat ia bernyanyi.

Baca juga: Tanpa Dibius, Pria Ini Jalani Operasi Otak Sambil Bernyanyi Tenor

(lll/up)

Berita Terkait