Dalam kasus bocah obesitas Aria Permana, atau yang sebelumnya ditulis Ariya atau Arya, kelalaian orang tua menjadi sorotan. Berat badan Aria yang nyaris dua kuintal pada dua tahun lalu disebabkan oleh makanan sehari-hari yang tidak sehat dan tidak terkontrol, seperti 6 bungkus mi instan dan 20 gelas minuman manis dalam sehari.
Sebagai dokter spesialis bedah yang menangani Aria, dr Handy Wing SpB, FBMS, FICS, dengan banyaknya makanan-makanan yang tidak sehat seperti makanan instan atau cepat saji, makanan berpengawet dan menggunakan bahan kimia, seharusnya orang tua lebih proaktif dalam mengontrol apa yang dimakan oleh anaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka obesitas memang sangat tinggi di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Australia. Namun tahun lalu Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun lalu bahwa angka obesitas yang kini meningkat bukan hanya pada orang dewasa, namun juga anak-anak.
Amerika Serikat, negara-negara Eropa Utara, dan negara mapan lainnya memiliki jumlah anak dan remaja obesitas paling tinggi. Namun peningkatan terbanyak terjadi di Asia dan negara-negara berkembang lainnya.
Bersama dr Handy Wing, Aria menjalani operasi laparoscopic sleeve gastric surgery atau operasi pemotongan lambung setahun yang lalu. Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien obesitas dengan memotong sebagian besar lambung hingga menyisakan 30 persen bagiannya.
Lewat operasi tersebut, ditambah dengan pola hidup yang sehat, Aria Permana asal Karawang kini berhasil menurunkan bobot dari 192 kilogram menjadi 109 kilogram. Namun kesuksesan dari penurunan berat badan tersebut masih bergantung dari konsistennya Aria dan kedua orang tuanya dalam asupan makanan dan olahraga sehari-hari, catat dr Handy.
(Frieda Isyana Putri/up)











































