Ditemui di sela acara seminar 'Anak Investasi Masa Depan' di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pakar imunisasi Prof Dr dr Sri Rezeki Hadinegoro menjelaskan sebaiknya usai diimunisasi, anak tidak langsung dibawa pulang ke rumah.
"Biasanya seorang dokter anak sudah menyuntik bayi jangan pulang dulu, makin cepat reaksinya makin berat. Alergi yang paling berat adalah tidak sadar, dia langsung drop, langsung pingsan, itu kerjanya sekitar 30 menit sampai satu jam. Makanya kita selalu, memang kita enggak bilang sama ibunya, tapi kita ajak ngobrol ibunya 'gimana bu bayinya bu makannya pinter?' itu sebenarnya sedang memantau," tutur dr Sri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orangtua pun harus peka terhadap kondisi sang anak. Misalnya ketika tiba-tiba anak demam, maka harus bisa mengetahui apakah ini demam karena imunisasi atau bukan. Orangtua juga harus tau jenis vaksin apa yang bisa menimbulkan efek demam dan mana yang tidak.
"Ibunya juga harus waspada 'duh kok anak aku jadi panas ya?' hati-hati, ada apa kalau panas, apakah panas karena suntikan atau karena takutnya pileknya belum keluar waktu suntik. Begitu suntik demamnya baru keluar. Jadi kita harus mikir ini demamnya karena apa, dan tidak semua (vaksin) menimbulkan demam," katanya.
Begitu pula untuk tenaga kesehatan yang menyuntikkan, sudah seharusnya memberitahu kepada orangtua jika memang ada efek demam usai dari vaksin yang akan disuntikkan dan juga penanganannya. Contoh dengan memberikan edukasi dan juga obat penurun panas, namun jika sudah dua hari panasnya belum turun maka orangtua wajib membawa anaknya kembali untuk diperiksa.
"Tapi kalau campak, itu demamnya tidak nanti sore dia perlu waktu karena dia vaksin hidup. Vaksin hidup itu harus ada waktu namanya masa inkubasi untuk dia menimbulkan demam, masa inkubasinya berapa? Sekitar 5-6 hari. Jadi itu, tiap vaksin beda-beda, ada yang sama sekali tidak demam," jelasnya.











































