"Kita belum tahu persis ya kok bisa pembalut pada direbus... tapi kemungkinan ada zat-zat dalam proses pembuatan pembalut, oleh orang-orang pengguna itu kemudian diekstrak. Direbus diambil ekstrak senyawa yang ternyata bisa memabukkan. Yang jelas pastinya dalam jumlah besar itu yang direbus," kata Prof Zullies Ikawati, ahli Farmakologi dari Fakultas Farmasi UGM saat dihubungi detikHealth, Kamis (8/11/2018).
Prof Zullies mengaku belum tahu persis apa komponen atau senyawa yang dipakai untuk memproduksi pembalut sehingga bisa disalahgunakan untuk mabuk-mabukan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Prof Zullies, perlu uji laboratorium untuk betul-betul memastikan apa kandungan yang berada di dalam pembalut.
"Kita dari akademisi juga bisa secara mandiri menguji itu, kalau diminta bisa, ada alat-alatnya. Nanti direbus, airnya kita injeksi ke alat misalnya gas kromatografi, bisa dilihat ada senyawa apa di dalam air rebusan itu. Coba nanti kita uji, karena setelah ada kasus ini kita jadi tertarik juga untuk tahu apa isi senyawa dalam pembalut," paparnya.
Meski demikian, menurut Prof Zullies, pembalut yang beredar di pasaran sebetulnya aman asalkan dipakai sesuai peruntukannya.
"Kita kan nggak mungkin melarang peredaran pembalut, jika dipakai sesuai peruntukannya itu aman-aman saja. Dalam kasus ini kan disalahgunakan, direbus, yang dipakai pengguna setelah direbus. Ini kita belum mengerti terekstraksi jadi apa, mungkin pakai air dengan suhu tinggi baru terbawa (keluar ekstraknya)," sebutnya.
Baca juga: Kemenkes Akan Kaji Efek Air Rebusan Pembalut |











































