"Makannya telat. Mulai (jaga TPS --red) jam 6 pagi sampai jam 4 pagi. Temen-temen makan, saya masih males makan nanti aja. Eh lama lama lama, ditinggal," kata Agus.
Karena kesibukan yang menyita waktu, Agus sampai masuk angin dan perutnya kembung. Beruntung ada teman nongkrongnya yang ada di sekitar TPS yang memberinya minyak kayu putih. Setelah pulang ke rumah, Agus pun beristirahat. Kini ia sudah merasa sehat kembali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: dok. detikcom |
Lain lagi kisah Echo (49) asal DKI Jakarta yang curhat soal sulitnya melipat kertas suara terutama kertas suara DPR dan DPRD yang cukup lebar.
"Sebenernya untuk proses penghitungannya cepet, cuma karena DPRD provinsi gambarnya banyak, ngelipetannya lagi susah. Penghitungannya aja itu ada yang diulang," kisahnya kepada detikHealth.
"Sekali (mengulang penghitungannya --red) karena keselip aja, kan orang tua lipetan kan lama tuh, kadang kelipet kebalik, kita benerin lagi," lanjut Echo.
Hitung ulang surat suara di Madiun. Foto: Sugeng Harianto |
Belum lagi jam 12 ke atas ia harus menunggu daftar pemilih khusus yang rata-rata bekerja di rumah sakit dekat lokasi TPS. Mulai dari suster dan dokter berbondong datang pada jam-jam di mana perut mulai bergetar keroncongan. Ditambah, ia mesti melakukan kunjungan ke rumah pemilih yang tidak memungkinkan kondisinya untuk pergi ke TPS.
"Ada yang udah sakit kita 'jemput bola' ke rumahnya (pemilih --red), kan ada tetangga yang udah sakit stroke tuh," tutupnya.












































Foto: dok. detikcom
Hitung ulang surat suara di Madiun. Foto: Sugeng Harianto