4 Fakta dr Terawan, Dokter Kontroversial Calon Kuat Menteri Kesehatan Jokowi

4 Fakta dr Terawan, Dokter Kontroversial Calon Kuat Menteri Kesehatan Jokowi

Rosmha Widiyani - detikHealth
Selasa, 22 Okt 2019 18:08 WIB
4 Fakta dr Terawan, Dokter Kontroversial Calon Kuat Menteri Kesehatan Jokowi
Sosok kontroversial dr Terawan dipanggil Jokowi, kandidat Menteri Kesehatan? (Andhika Prasetia/detikcom)
Jakarta - Presiden Jokowi telah memanggil sejumlah nama yang akan menjadi anggota kabinet mulai kemarin hingga hari ini, Selasa (22/10/2019). Salah satunya adalah Terawan Agus Putranto atau lengkapnya Mayjen TNI Dr dr Terawan Agus Putranto, SpRad(K), adalah anggota tim medis kepresidenan.

"Baru dihubungi," ujar dr Terawan yang langsung masuk menuju Istana kepada detikcom.

Pria berusia 55 tahun ini lahir di Yogyakarta 5 Agustus 1964. Saat ini dr Terawan menjabat sebagai kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Ia juga tak lepas dari kontroversi 'cuci otak' atau terapi Digital Substraction Angiography (DSA) untuk mengatasi stroke.

Berikut 4 fakta soal dr Terawan yang berhasil dirangkum detikcom.

Sebagai dokter, dr Terawan menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM), Yogyakarta. Pendidikan selanjutnya adalah Spesialis Radiologi di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. Selanjutnya dr Terawan mengambil program doktor di Universitas Hasanuddin (Unhas).

Kariernya di militer dimulai ketika lulus kuliah kedokteran pada 1990 dan setelah itu sempat ditugaskan di berbagai wilayah. Kariernya cukup cemerlang, saat ini menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto sejak 2015.

Sosok dr Terawab menjadi kontroversi karena terapi cuci otak yang menggunakan alat Digital Subtraction Angiography (DSA). Kontroversi tersebut berujung pemecatan sementara dr Terawan dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK). Menurut dr Terawan metode DSA sudah teruji secara ilmiah.

"Jadi kalau itu diuji secara ilmiah sudah dilakukan melalui disertasi, dan disertasi sebuah universitas yang cukup terpandang menurut saya adalah hal yang harus dihargai," ujarnya pada detikcom.

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal TNI (purn) Moeldoko memastikan dr Terawan Agus Putranto tetap sebagai Tim Medis Kepresidenan. Dalam kasus pemecatan Mayjen TNI dr Terawan Agus Putranto oleh Mahkamah Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Moeldoko menilai akarnya pada masalah komunikasi.

"Ya, Istana belum memberikan (keputusan), semuanya masih diserahkan kepada mekanisme. Tetapi sebenarnya begini, ada hal yang perlu diperbaiki lah dalam hal komunikasi," ujar Moeldoko pada detikcom.

MKEK, kata Moeldoko, seharusnya berkomunikasi dulu dengan Kepala Staf Angkatan Darat (AD) sebelum mengambil keputusan. Dengan keputusan MKEK, dampaknya saat ini cukup memberi pengaruh bagi berbagai pihak.

Presiden Jokowi mengirim dr Terawan untuk merawat Ani SBY berjuang melawan kanker. Menurut dr Terawan, kondisi Ani SBY sempat membaik namun tiba-tiba menurun. Sebelum meninggal, Ani sempat mengalami gagal napas dan memakai alat bantu pernapasan.

"Kondisinya (terakhir) dalam kondisi tidak sadar karena beliau mengalami gagal napas, sehingga beliau memakai respirator, sehingga mau nggak mau harus ditidurkan beliau," ujar dr Terawan Agus Putranto di National University Hospital (NUH).

Selain Ani SBY, dr Terawan juga terlibat dalam perawatan Menko Polhukam Wiranto saat tertusuk. Saat itu, dr Terawan mohon doa pada masyarakat agar operasi sukses dan Wiranto segera pulih.


Dokter 'Cuci Otak' Jadi Menkes
28 Konten
dr Terawan Agus Putranto dilantik menjadi Menteri Kesehatan dalam Kabinet indonesia Maju pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin. Dokter ini sarat dengan kontroversi metode 'cuci otak' yang juga menimbulkan perseteruan dengan Ikatan Dokter Indonesia.