Dampak dari infeksi COVID-19 tidak hanya terjadi pada saluran pernapasan, tetapi bisa memengaruhi seluruh tubuh. Bahkan infeksi ini bisa menyerang mata.
Hal ini dialami oleh seorang anak laki-laki bernama Zac Morey asal Inggris yang berusia 9 tahun. Ia dan lima anggota keluarganya dinyatakan positif COVID-19 beberapa hari sebelum Natal.
Saat itu, baik Zac dan keluarganya hanya mengalami gejala COVID-19 yang ringan, tidak ada batuk dan demam. Namun, Zac mengeluh pada sang ibu, Angela, bahwa matanya sakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah Zac melakukan konsultasi jarak jauh dengan dokter umum, dokter pun merujuknya ke Rumah Sakit Mata Bristol. Di sana dokter memberikan resep obat kepada Zac berupa antibiotik dan memintanya kembali lagi jika kondisinya belum membaik.
"Para dokter mengatakan itu adalah reaksi alergi terhadap virus, dan itu sangat jarang dan kebanyakan terjadi pada anak-anak," kata Angela yang dikutip dari The Sun, Senin (3/1/2021).
"Ini adalah komplikasi yang jarang dari COVID-19 yaitu 'Covid eye'," lanjutnya.
Namun, kondisi Zac tak kunjung membaik. Ia kembali dibawa ke rumah sakit karena matanya semakin membesar atau membengkak.
Usai diperiksa, Zac didiagnosis mengalami selulitis periorbital. Ini merupakan kondisi infeksi pada kelopak mata atau kulit di sekitar mata. Selama matanya membengkak, Angela mengatakan Zac tidak pernah mengeluh kesakitan meski dirinya mengalami 'Covid eye'.
Melihat kondisi Zac, para tenaga medis mempertimbangkan untuk mengoperasi Zac untuk mengalirkan cairan dari matanya. Namun, tindakan itu tidak jadi dilakukan, sebab pembengkakan pada mata Zac terus berkurang dan diperbolehkan pulang dengan syarat rutin mengkonsumsi obatnya.
Seperti yang diketahui, beberapa studi mengatakan bahwa COVID-19 juga bisa menyerang mata. Kondisi itu membuat pasien mengalami gejala konjungtivitis akut. Gejala yang terlihat seperti:
- Mata merah
- Iritasi mata
- Nyeri mata
- Sensasi seperti ada benda asing di mata
- Keluar cairan dari mata
- Pembengkakan kelopak mata
- Kemosis atau peradangan pada mata
Namun, gejala Corona konjungtivitis ini cukup jarang terjadi. Kondisi ini hanya dialami sekitar 1-3 persen pasien COVID-19 dan termasuk gejala yang sangat jarang terjadi menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Konjungtivitis yang berkaitan dengan COVID-19 ini cenderung terjadi di tahap akhir infeksi Corona. Gejala ini juga bisa muncul bersamaan dengan gejala Corona lainnya yang lebih umum, seperti batuk dan demam yang terjadi terus menerus.
(sao/fds)











































