Pelajaran matematika tak jarang membuat seseorang kesulitan karena tidak bisa memahami konsep angka dan rumus untuk menentukan jawaban dari sebuah persoalan. Begitu pula dengan ilmu ekonomi yang sejatinya selalu dikaitkan dengan perhitungan angka yang pasti.
Walaupun permasalahan tersebut bisa diselesaikan dengan tekun mengulang materi, ternyata ada sebuah kondisi medis khusus terkait hal ini bernama diskalkulia. Namun, kondisi ini kurang mendapat perhatian masyarakat dan akhirnya terlambat didiagnosis.
Dikutip dari The Dyslexia Association, diskalkulia adalah kesulitan spesifik dan terus-menerus dalam memahami angka yang dapat menyebabkan beragam kesulitan terkait matematika. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti permasalahan kognitif, biologis, dan lingkungan pada setiap individu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini dialami langsung oleh seorang wanita di Malaysia bernama Raja Fija. Ia tergerak untuk memeriksakan kondisinya tersebut setelah membaca mengenai gejala diskalkulia di internet. Ketika ditelisik lebih jauh, ia menyadari bahwa tanda-tanda diskalkulia pernah dialami sejak sekolah dasar dulu.
"Saya sudah mengalami situasi ini sejak sekolah dasar. Ini adalah suatu kondisi dan bukan penyakit, baik secara sadar maupun tidak sadar," kata Fija dikutip dari mStar pada Minggu (16/10/2022).
"Tidak banyak orang yang tahu tentang diskalkulia, kebanyakan orang hanya tahu disleksia (buta huruf). Saya membacanya secara kebetulan di internet. Setelah membaca, saya menemukan gejala yang dijelaskan sama dengan saya alami," lanjutnya.
Sebelum didiagnosis, ia terlebih dahulu mengikuti ujian matematika di sebuah pusat asesmen selama dua jam. Melalui hasil asesmen tersebut, dokter pun menganjurkannya untuk menjalani perawatan terapi. Namun, tuntun itu tidak ia penuhi karena sibuk bekerja.
"Setelah terdiagnosis, pengidap disarankan untuk melanjutkan terapi, terutama yang masih berstatus pelajar. Akan tetapi, saya tidak melakukannya karena keterbatasan waktu dan tuntutan pekerjaan," ungkapnya.
Kerasahan Fija bermula dari masa sekolahnya yang sulit untuk memahami pelajaran matematika, meskipun sudah diajari berulang dan sungguh jelas oleh gurunya. Tak jarang pula ia meminta temannya untuk mengulang penjelasan guru tersebut.
"Apa pun yang berhubungan dengan rumus sangat sulit untuk dipahami. Dengan melihat angka-angka saja sudah panik dan tidak mengerti apa yang dikatakan guru. Saya pernah meminta guru untuk mengajar lebih jelas, tapi masih tidak mengerti. Saya juga malu karena orang lain mudah memahaminya," lanjutnya.
Namun, ia tidak pantang menyerah dan terus belajar keras sampai-sampai harus bangun lebih dini untuk mengulang semua pelajaran matematika saat ujian.
"Jadi setiap ada ulangan, saya akan bangun pagi-pagi untuk latihan dan review. Bisa dibilang hampir setiap pagi. Alhamdulillah, untuk mata pelajaran lain saya tidak ada masalah dengan nilai," pungkasnya.
Fija pun mendapatkan hasil ujian Sertifikat Pelajaran Malaysia (SPM) yang cukup memuaskan berkat kerja kerasnya tersebut. Uniknya lagi, ia kini telah bekerja pada sebuah kantor akuntan di Kuala Lumpur.
Meskipun agak lambat untuk dideteksi, ia akhirnya bisa lega karena sudah mengetahui jawaban tentang situasi yang tengah dihadapi. Berangkat dari pengalamannya, wanita yang berusia 25 tahun ini mengingatkan para orang tua untuk segera membawa anak mereka ke ahli medis bila menemukan sesuatu yang janggal. Sebab, pengecekan secara dini memberikan peluang kepada anak mendapatkan bantuan dan perawatan khusus yang tepat.
"Khawatir jika tidak ditangani sejak dini dapat mempengaruhi kesehatan mental karena erat kaitannya dengan kepercayaan diri," bebernya.
Simak Video "Video: PDSKJI Sebut Daya Kognitif Lemah Buat Perilaku Remaja Makin Agresif"
[Gambas:Video 20detik]
(Fadilla Namira/vyp)











































