Wanita asal Bandung bernama Gitarani membagikan cerita perjuangan melawan skoliosis melalui akun TikTok pribadinya. Berawal dari keluhan sesak napas, rupanya dirinya tidak sadar mengidap skoliosis yang sudah tergolong parah.
"Skoliosis yang nggak ditangani dengan tepat bisa makin parah banget! Apalagi pas usia pertumbuhan dia cepet banget makin bengkoknya," tulis Gitarani di akun Tiktoknya, dilihat Senin (16/10/2023).
Kisah Gitarani sontak jadi sorotan netizen, tidak sedikit dari mereka yang ikut membanjiri kolom komentar postingan tersebut. Adapula yang mengaku mengalami hal serupa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana Awal Mulanya?
"Pertama sebenarnya tahu skoliosis pas aku kelas tiga SMP tepatnya umur 15 tahun. Aku lagi di sekolah tiba-tiba ngerasa nyeri dan nggak nyaman di punggung. Sampai ngerasa agak sesak juga. Akhirnya pulang ke rumah. Waktu itu memang belum tau tentang skoliosis itu apa. Jadi, ngiranya cuma 'oh kayaknya masuk angin aja' gitu," cerita Gitarani saat dihubungi detikcom, Senin (16/10/2023).
"Sama mama aku dibalurin minyak kayu putih di punggung. Dari situ mulai ngerasa aneh, pas diliat punggungku ada bagian yang ngejendol lumayan besar jadi nggak rata si punggungnya. Abis itu langsung periksa ke dokter," lanjutnya.
Saat dicek ke dokter, dirinya langsung dinyatakan mengidap skoliosis. Ia lalu dirujuk untuk melakukan rontgen dan penanganan lebih lanjut dengan dokter ortopedi. Tak main-main, derajat kelengkungan bagian tubuh bahkan nyaris menyentuh 50 derajat.
"Pas dirontgen ternyata bengkoknya udah lumayan parah. Langsung disuruh operasi karena derajat bengkoknya udah 40 derajat di usia 15 tahun," beber Gitarani.
Gitarani menjelaskan bahwa pengidap skoliosis di usia pertumbuhan sangat berisiko semakin parah sehingga dokter langsung menganjurkan untuk operasi.
Dokter juga menyarankan pilihan lain untuk memakai brace, juga baju besi penyangga untuk menahan perkembangan tulang yang membengkok. Namun, dia tidak mengikuti kedua saran itu dan memilih mencari alternatif lain dengan ikut beberapa terapi non-medis, seperti praktik 'kretek' badan.
Dia mengaku tidak ada perubahan signifikan, tetapi membantu meringankan nyeri dan pegal yang dirasakan.
NEXT: Perjuangan Mencari Jadwal Operasi
"Soalnya di usia itu perkembangan tulangnya sangat progressive ya, tapi karena aku terapi itu jadi nggak parah bengkoknya tapi hasilnya nggak signifikan. Terapi lumayan lama selama 3 tahunan. Tapi, akhirnya berhenti juga pas SMA karena udah di fase capek sama kondisi ini. Di fase aku ngebiarin, ngediemin dan aku tetep beraktivitas kayak biasa," curhat Gitarani.
"Itulah keputusan yang aku sesali sampe sekarang. Aku membiarkan skoliosis ini sekitar 3 atau 4 tahunan. Ternyata jadi nambah parah banget. Dulunya cuma 40 derajat, pas jaman kuliah tahun 2020 aku cek lagi karena makin sakit. Itu sudah 60 derajat," sambungnya.
Akhirnya dia mulai mencai dokter karena baru merasa wajib dioperasi. Di tahun 2020 Gitarani sempat mendaftar operasi di RSUP daerah Jakarta, tetapi kondisinya sudah tidak tertahankan, di tengah antrean jadwal operasi sampai 2 tahunan. Perjalanannya mencari dokter yang cocok juga sangat sulit, sampai barulah di awal 2023 dia bertemu seorang dokter di Bandung.
"Aku mulai memberanikan diri 'aku mau dioperasi'. Padahal dari 2020 itu kan baru 3 tahun ya, tapi pas kemarin dicek derajatnya sudah 70 berarti udah naik hampir 10 derajat. Aku ngebayangin kalo aku diemin lagi 3-9 tahun ke depan," ungkap Gitarani.
Walaupun mengalami sakit luar biasa pasca operasi, Gitarani mengaku senang karena terbayarkan dengan punggungnya yang sudah lurus. Bahkan, kini tingginya jadi bertambah sekitar 5 cm.
"Pada saat tahu tulangnya sudah hampir lurus dan bagus, jadi akunya ngerasa tetep semangat. Kenapa aku bilang 'worth it' karena sebelumnya sudah hampir 10-11 tahun selalu struggle dengan kesakitan pegalnya, nyerinya, terus aku jadi ngerasa 'nggak masalah lah ditebus dengan tiga hari itu'. Habis operasi rasa pegal dan nyeri itu bener-bener hampir ilang," ucap Gitarani.
Gitarani juga mengaku sering mendapat cibiran karena cara berjalannya saat mengidap skoliosis. Tulangnya cukup bengkok di area pinggang sehingga pinggangnya yang kanan terangkat sebelah. Ketika jalan sering diejek 'kecentilan', orang melihatnya seakan sengaja berjalan lenggak-lenggok.
"Kalo di sosmed ada juga, suka diomongin 'itu kamu ngapain aja sih bisa sampe kayak gitu tulangnya' terus 'kok serem banget sampe kayak sirkuit gitu tulangnya'. Ya ada saja sih komen-komen kayak gitu," pungkas Gitarani.











































