Jadi Seleb Facebook, Pelarian Remaja Krisis Identitas

Ulasan Khas Ababil dan Gangguan Jiwa

Jadi Seleb Facebook, Pelarian Remaja Krisis Identitas

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Rabu, 24 Okt 2012 17:00 WIB
Jadi Seleb Facebook, Pelarian Remaja Krisis Identitas
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Jakarta -

Tak perlu minder kalau teman di Facebook tidak sampai 500 atau cuma di-follow segelintir orang di Twitter. Sebab ada beberapa orang yang sukses dalam pertemanan di dunia maya, tetapi kesepian dan tidak bahagia karena gagal bergaul di dunia nyata.

Psikiater anak dan remaja dari RSJ Soeharto Heerdjan Grogol, dr Suzy Yusna Dewi, SpKJ(K) mengakui di zaman sekarang ini banyak remaja mengalami krisis identitas. Masalah dalam pergaulan membuatnya merasa tidak percaya diri dan seperti tidak diterima. Jejaring sosial seperti Facebook dan sejenisnya pun jadi pelarian. Ketika menjadi seleb Facebook atau Twitter, ada kebanggaan tersendiri.

"Semacam fobia sosial, nggak berani berhadapan dengan dunia nyata," kata dr Suzy saat dihubungi detikHealth, seperti ditulis Rabu (24/10/2012).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat bergaul di dunia maya melalui jejaring sosial, para remaja yang mengalami krisis identitas memang memungkinkan untuk menjadi orang lain. Foto profil bisa diedit sedemikian rupa agar tampak setampan atau secantik mungkin. Begitu juga keterangan-keterangan lain yang tidak perlu harus sesuai kenyataan.

Menurut dr Suzy sangat khas pada remaja dengan krisis identitas adalah sering update status. Terlalu sering update status, mengubah keterangan dan mengganti foto profil seolah ingin selalu muncul di timeline adalah perilaku yang perlu diwaspadai sebagai gejala kecanduan social media.

Kecanduan atau adiksi biasanya ditandai dengan kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan pergaulan untuk melakukan hal yang disukai. Demikian juga dengan kecanduan social media, meski tetap bersosialisasi lewat internet tetapi kalau tidak bergaul di dunia nyata maka hal itu tidak bisa dibilang sehat.

Faktor pola asuh menurut dr Suzy turut mempengaruhi kecenderungan ini. Kurangnya kesempatan bagi remaja untuk mengembangkan diri, tekanan dari orang tua yang terlalu sering mengarahkan bisa membuat anak-anak tumbuh menjadi remaja yang selalu cemas dan tidak percaya diri.

Solusinya tidak sulit asal belum berlebihan, yakni dengan mengurangi intensitas bergaul di dunia maya dan mulai meningkatkan sosialisasi di kehidupan nyata. Begitu pula pencegahannya, pola asuh orang tua harus lebih memberi ruang bagi anak untuk berkembang secara sehat jasmani, rohani dan sosial.

(up/vit)
Ulasan Khas Ababil dan Gangguan Jiwa
13 Konten
Masa remaja menjadi proses untuk mencari jati diri seseorang. Nah, bila salah arahan bisa jadi mereka mengalami gangguan pada jiwanya. Lebih lanjut, simak yuk ulasan khas ini.

Berita Terkait