Pilih-pilih Jenis Kelamin Bayi Lewat Bayi Tabung

Ulasan Khas Bayi Tabung

Pilih-pilih Jenis Kelamin Bayi Lewat Bayi Tabung

Zanel Farha Wilda - detikHealth
Rabu, 12 Mar 2014 14:13 WIB
Pilih-pilih Jenis Kelamin Bayi Lewat Bayi Tabung
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta -

Pada beberapa orang, bayi tabung dilakukan antara lain agar bisa memilih jenis kelamin bayi. Secara teknis, hal itu memang bisa dilakukan. Namun apakah selalu sukses? Sedangkan dari sisi peraturan, adakah pengaturan soal pilih-pilih jenis kelamin bayi melalui mekanisme bayi tabung ini?

"Secara teknis, hal seperti itu bisa dilakukan. Hal ini bisa dilakukan melalui pemisahan sperma yang sangat berperan. Namun, hal memilih jenis kelamin ini tetap saja tidak 100% benar, karena biar bagaimana pun juga kan ini hasil dari pekerjaan manusia, jadi ya belum tentu 100 persen tepat," terang dr Satrio Dwi Prasojo, SpOG dari RS ASRI Duren Tiga, Jakarta Selatan, dalam perbincangan dengan detikHealth pada Rabu (12/3/2014).

Untuk etika dan peraturannya, menurut dr Satrio boleh-boleh saja karena tidak ada kebijakan khusus. Namun, saat memilih jenis kelamin harus dilihat dulu kondisinya. "Jika selama ingin melakukan pemisahan sperma dan memilih kelamin, embrio belum terbentuk, hal ini tidak apa-apa. Misalnya, jika Anda ingin punya anak laki-laki, tapi ternyata setelah diteliti ini akan menjadi anak perempuan. Nah, jika embrionya belum terbentuk, untuk dilakukan pembatalan, itu bisa saja," paparnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi, jika embrionya sudah terbentuk, maka hal ini tidak boleh. Karena jika embrio sudah terbentuk, artinya calon janin sudah hidup. Kalau untuk menghindari penyakit, biasanya penyakit-penyakit tersebut adalah yang bisa menurun dari orang tua ke anaknya. "Yang biasanya saya tahu itu sih penyakit kelainan darah ya," ucap dr Satrio.

Dijelaskan dr Khairani Sukatendel, SpOG saat dihubungi terpisah, jenis kelamin janin ditentukan oleh kromosom yang ada di spermanya. Kromosom perempuan adalah XX, sedangkan kromosom laki-laki adalah XY. Nah, karena kromosom ini sepasang, jadi jika pasien ingin mempunyai anak perempuan, maka spema akan dipisahkan dan diambil yang kromosom X-nya saja untuk dimasukan ke dalam tabung yang berisi sel telur.

"Tapi jika ingin anak laki-laki, maka sperma yang dipisahkan akan diambil yang kromosom Y-nya saja. Untuk kebijakan yang mengatur pemilihan jenis kelamin ini tidak ada. Pemilihan jenis kelamin ini boleh-boleh saja. Dari aturan hukum, tidak ada yang melarang. Dan untuk aturan agama sendiri, juga tidak ada fatwa haramnya. Yang tidak boleh atau haram itu kan jika spermanya itu bukan berasal dari suaminya. Istilahnya donor sperma," terang dr Khairani.

Kalau untuk menghindari penyakit keturunan, lanjutnya, penyakit yang biasanya dihindari adalah buta warna. Karena buta warna paling banyak dan lebih sering diderita oleh laki-laki, jadi di dalam spermanya itu ada kemungkinan yang tinggi untuk penyakit tersebut. Untuk menghindarinya, maka akan dipisahkan kromosom Y-nya, sehingga yang dimasukan ke dalam tabung berisi sel telur adalah kromosom X supaya anaknya kelak berjenis kelamin perempuan.

Dipaparkan dr Andon Hestiantoro, SpOg, Ketua Bidang Ilmiah PB POGI, hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada program bayi tabung di Indonesia
adalah :

1. Bukan pasangan suami istri yang sah.
2. Donor sperma atau donor sel telur.
3. Menggunakan sperma atau sel telur dari pasangan suami atau istri yang telah meninggal dunia atau telah bercerai.
4. Menitipkan embrio pada rahim ibu lain.
5. Sisa embrio yang tidak diperlukan lagi harus diserahkan kembali kepada pasangan orang tua pemilik embrio tersebut.

Hal yang boleh dilakukan:

a. Membekukan sel sperma, sel telur, atau embrio atas permintaan pasien.
b. Memilih jenis kelamin embrio pada kehamilan kedua dan seterusnya.yak faktor risiko yang bisa menggagalkan proses bayi tabung.

Bayi tabung atau yang biasa dikenal dengan In Vitro Fertilization (IVF) adalah proses pembuahan dibantu dengan teknik rekayasa oleh manusia dengan cara menggabungkan sel telur dan sel sperma dalam suatu kultur yang dilakukan dalam laboratorium embryologi.

"Salah satu faktor yang paling dominan adalah usia wanita, usia wanita itu sangat penting," jelas dr Ivan Rizal Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, SpOG, CEO Klinik Bayi Tabung Morula Indonesia, saat dihubungi detikHealth dan ditulis pada Rabu (12/3/2014).

Menurut dr Ivan, secara kumulatif biasanya angka keberhasilan kehamilan sekali injeksi untuk usia ibu 35 tahun ke bawah adalah 45 persen. Sedangkan untuk 2 kali injeksi, angka kumulatif setelah ikut program bayi tabung biasanya presentase keberhasilannya 70-80 persen.

Pada prinsipnya keberhasilan program bayi tabung sekitar 40-50 persen, tetapi hal ini akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pada wanita di bawah 30 tahun peluangnya bisa mencapai 50 persen, sedangkan usia 30-35 tahun peluangnya 35 persen, usia 40 tahun keberhasilan program bayi tabung menjadi sekitar 10-15 persen, sementara di atas usia 40 tahun peluangnya tinggal 8 persen.

Selain usia, kondisi hormon saat melakukan program bayi tabung, kualitas embrio, kemampuan rahim menerima embrio juga berpengaruh terhadap keberhasilan bayi tabung.

"Kalau sekali belum berhasil jangan putus asa dulu, datang lagi sehingga dokter bisa memevaluasi apa penyebab kegagalannya," tambah dokter sekaligus Chairman Indonesian Reproductive Science Institute (IRSI).

dr Ivan menyebutkan beberapa faktor penyebab gagalnya prosedur bayi tabung, antara lain:

1. Kualitas embrio yang tidak bagus karena pengaruh kromosom
2. Usia wanita di atas 35 tahun
3. Adanya kista, polip atau mioma
4. Adanya infeksi rongga panggul
5. Kelainan kekentalan darah.

(vit/up)
Ulasan Khas Bayi Tabung
13 Konten
Program bayi tabung menjadi salah satu pilihan untuk pasangan yang sulit memiliki anak. Sayangnya, prosedur ini tidak efektif 100 persen lho. Untuk lebih jelasnya, simak ulasan khas kali ini.

Berita Terkait