"Pengertian 'muda' yang disepakati untuk dunia olahraga adalah kelompok atlet usia di bawah 35 tahun. Statistik di Amerika menunjukkan kejadian 1 di antara 15.000 pelari joging dan 1 di antara 50.000 pelari maraton. Pada populasi ini di kepustakaan disebutkan bahwa penyebab kematian mendadak pada kelompok atlet ini adalah segi struktur anatomis jantung atau gangguan irama, baik sebagai kondisi bawaan, keturunan, infeksi atau radang," papar dr Kasim Rasjidi, SpPD-KKV, DTM&H, MCTM, MHA, SpJP, LMPNLP, ELT, CCH.
Dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (2/4/2014), dokter yang berpraktik di RS Asri Jakarta, mengatakan pada populasi umum, penyebab yang mendasari hal ini sama dengan faktor risiko ketidaknyamanan kardiovaskular lainnya. Dia juga mengingatkan soal rokok yang pernah dikonsumsi yang bersangkutan di masa lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyumbatan pembuluh darah jantung akan menyebabkan terputusnya asupan nutrisi dan oksigen ke area jantung teritori sehingga tidak dapat memompa dengan efisien. Gangguan irama yang fatal menyebabkan jantung tidak dapat memompa dengan efisien, sehingga hasil akhirnya adalah terputusnya asupan ke area yang seharusnya mendapatkan oksigen, yang mana efek kritisnya adalah otak.
"Organ sebesar 2 kepal tangan kita adalah kolaborasi 1 triliun sel yang perlu energi 20-40 persen dari total energi yang kita perlukan dan harus terjaga kontinuitasnya," ucap dr Kasim.
Dihubungi terpisah, Prof Dr dr Budhi Setianto, SpJP, FIHA dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, mengatakan bila ada atlet yang meninggal mendadak akibat sakit jantung maka perlu dilihat usianya. Jika umurnya di atas 35 tahun kemungkinan diakibatkan serangan jantung di usia muda.
"Hati-hati ya, karena serangan jantung di usia muda ini lalu meninggal atau stroke misalnya, hal tersebut bisa memberikan anak-anaknya riwayat keluarga dalam kematian usia muda yang disebabkan serangan jantung. Namun jika terjadinya pada usia di bawah 35 tahun, itu bisa jadi karena penebalan otot jantung yang terjadi ketika bayi atau usia anak-anak," terang Prof Budhi.
Bila masalahnya adalah penebalan otot jantung, maka penebalan ini terjadi saat seseorang beraktivitas. Misalnya saja seorang pemain sepakbola, di mana dirinya akan berlari ke sana ke mari sepanjang pertandingan berlangsung. Nah, pada saat berlari itulah otot jantungnya akan semakin menebal.
"Dan karena jantung menebal inilah makanya menjadi rawan terjadi distrimia dan kematian mendadak. Keadaan seperti ini biasanya disebut hypertrohpic cardiomyopathy atau HOCM," ucap Prof Budhi.
Dikutip dari American Heart Association, hypertrophic cardiomyopathy adalah suatu kondisi yang dapat terjadi pada usia berapa saja. Biasanya HOCM inilah yang menyebabkan kematian mendadak pada usia muda, termasuk para atlet-atlet muda. Sekitar 1 dari 500 orang disebutkan mempunyai HOCM ini, di mana dapat terjadi pada pria maupun wanita.
HOCM ini terjadi jika otot jantung tidak tumbuh secara normal atau menebal. Umumnya memang terjadi pada seseorang saat masih bayi dan usia kanak-kanak. HOCM mempengaruhi kerja jantung dalam mengantarkan darah ke tubuh. Sayangnya, orang yang terkena HOCM ini tidak mengalami gejala-gejala yang dapat terlihat secara signifikan. Sehingga orang dengan HOCM tampaknya hidup seperti orang sehat lainnya.
(vit/ajg)











































