Namun kerap kali puting payudara yang datar membuat perempuan tidak percaya diri, terutama dalam memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif di enam bulan awal kehidupan anak. Apalagi mitos di masyarakat mengatakan puting yang kecil maupun datar tidak bisa digunakan menyusui.
Namun Felicia Henny, salah satu pembaca detikHealth mematahkan mitos tersebut. Meski memang pada awalnya Felicia mengaku kesulitan saat hendak memberikan ASI untuk pertama kalinya ke si buah hati. Ditambah lagi yang bayinya menangis kencang, tentu sebagai ibu baru Felicia merasa panik dan sempat stres.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tangguhnya Ibu-ibu Ini Menaklukkan Tantangan 'Tak Biasa' Saat Menyusui
Kemudian atas saran bidan, Felicia mencoba mengeluarkan putingnya memakai plastik suntikan bekas yang sudah dipotong. Caranya adalah dengan meletakkan di puting, lalu menariknya.
"Butuh perjuangan ekstra keras dan kesabaran karena mengeluarkan puting tidak semudah yang saya kira," kenangnya.
Untunglah di usia 10 hari, bayinya bisa menyusu dengan posisi lebih baik. Apalagi bayi memang menyusu pada payudara dan bukan pada puting semata. Saat itu, Felicia merasa perih yang teramat sangat namun dia tahan sekuat tenaga.
"Yang penting si kecil bisa langsung menyusu langsung. Akhirnya lama-kelamaan puting saya keluar dengan sendirinya dan si kecil bisa menikmati ASI sampai usia 2 tahun," pungkas Felicia.
Kisah senada disampaikan pemmbaca detikHealth lainnya, Lala Latifah (30). Puting datar tidak menghalanginya memberikan ASI untuk kedua anaknya.
Dulu, di kehamilan pertamanya tahun 2010, Lala sudah berpikir bagaimana caranya agar bisa menyusui dengan puting datar. Lala pun rutin menarik-narik putingnya saat sedang mandi. Cara seperti Felicia, yakni menarik puting dengan plastik bekas suntikan juga dijalaninya.
Baca juga: Puting Kecil Bikin Ibu Tak Bisa Menyusui? Bisa Kok, Ini Buktinya
Ketika anak pertamanya lahir, inisiasi menyusui dini (IMD) tidak bisa dibilang sukses sempurna. Sebab si bayi begitu kesulitan menemukan puting ibunya. Meski demikian, Lala tidak patah semangat. Dia terus berupaya menyusui si buah hati. Karena dia yakin ASI adalah makanan yang paling dibutuhkan anaknya.
"Sampai hari ke-3, Adib (anak pertama Lala) terus menangis karena lapar. Akhirnya saya memutuskan untuk pumping asi dan memberikan dot kepada Adib. Hasilnya Adib jadi bingung puting. Dia lebih memilih dot tapi isinya tetap asi. Hal ini terus berlangsung selama 2 tahun," papar Lala.
Tahun 2014, Lala kembali hamil. Belajar dari kehamilan sebelumnya, Lala berupaya untuk tetap memberikan ASI. "Apalagi setelah menemukan artikel kalau menyusui itu bukan pada puting tapi pada payudara. Sekarang puting sudah sedikit menonjol karena efek pumping 2 tahun," ujarnya.
Pada Mei 2015 anak keduanya lahir dan diberi nama Fami. Lala begitu senang karena IMD berjalan sukses sempurna, walau dengan susah payah.
"Fami mampu menarik puting untuk diisap dan asi keluar. Alhamdulillah, perjuangan ini menjadi semangat saya untuk tidak menyerah pada kondisi fisik yang terbatas. Asalkan kita niat mampu dan terus berusaha agar anak-anak tetap bisa mendapatkan haknya menerima ASI dan tumbuh sehat cerdas," tutur Lala.
Bunda, Anda juga bisa share pengalaman menyusui dan foto-foto ruangan laktasi kantor Anda melalui media sosial detikHealth dengan hashtag #AyofasilitASI. Bisa di Facebook: https://www.facebook.com/detikHealth atau di Twitter: @detikHealth atau melalui Instagram: detikhealth. Ssst, ada suvenir menarik bagi yang beruntung lho!
(vit/ajg)











































