Hal ini sempat dialami salah satu pembaca detikHealth, Prima. Ia dan suaminya sempat bingung saat menitipkan anaknya yang kini berusia 11 bulan. Tapi, kembali lagi Prima dan suami fokus untuk memilih daycare berdasarkan kualitas, jarak, dan chemistry antara si anak dengan pengajarnya.
"Saya lihat kalau anak saya klik sama miss-nya (pengajar) ya oke. Masukan dari kiri kanan memang ada, saya pertimbangkan tapi akhirnya ya diputuskan bareng suami," tutur Prima.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pilih-pilih Sekolah Buat si Buah Hati
"Kita harus tanya terus ke pengasuhnya walaupun terkesan bosan, sampai sekarang usia 7 bulan aku lumayan sibuk nyiapin makanan di sela-sela waktu senggang buat di daycare karena bayiku belum tentu mau snack yang disediain," tutur Dewi.
Terkait hal ini, psikolog klinis dari Tiga Generasi, Tiara Puspita, MPsi, Psikolog mengatakan sudah seyogianya ibu memikirkan bersama suami soal saran yang diberikan pihak lain. Tujuannya, supaya ibu tidak stres karena memikirkan hal itu sendiri. Lalu, sesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan anak.
Kemudian, penting menyesuaikan kondisi finansial dengan PAUD yang akan dipilih. Lalu, jika karena masalah biaya orang tua tidak bisa memilih sekolah dengan grade tinggi, pahami kondisi Ayah dan Ibu sehingga tidak perlu merasa bersalah.
"Makanya inget lagi tujuan kita apa memasukkan anak ke PAUD? kan biar anak bisa sosialisasi, eksplor sana-sini, bikin percaya diri. Jadi selama sekolah itu bisa memenuhi kebutuhan anak dan memang terjangkau, nggak masalah," kata Tiara.
Baca juga: Pelajaran Calistung Sejak PAUD Bikin Anak Jadi Stres (rdn/up)











































