Bahan berbahaya seperti boraks dan formalin sulit dideteksi, tapi sering ditemukan dalam makanan sehari-hari. Tak heran jika para orang tua, khususnya ibu rumah tangga sangat berharap ada alat yang praktis dan murah untuk mendeteksinya.
"Kalau beneran ada aku pengen," kata Dahlia, seorang ibu rumah tangga di Parepare, Sulawesi Selatan, yang cemas dengan maraknya kandungan bahan berbahaya dalam makanan, seperti dikutip Rabu (13/5/2015).
Testkit untuk deteksi cepat sebenarnya banyak dijual di lapak-lapak online maupun toko kesehatan. Namun harganya yang mencapai ratusan ribu rupiah terbilang mahal dan lagi tidak praktis. Prosesnya pun relatif rumit bagi orang awam dan membutuhkan peralatan khusus seperti tabung reaksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara dari SMA Negeri 3 Semarang, Luthfia Adila dan Dayu Laras Wening berinovasi dengan tusuk gigi. Temuan mereka yang dinamakan SIBODEC (Stick Of Borax Detector) mendapat medali emas di ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2014.
Namun sayangnya, hingga saat ini karya-karya inovatif semacam itu belum diproduksi secara luas. Justru tiruannya yang banyak bermunculan, sehingga memunculkan dilema di kalangan masyarakat. Di satu sisi alat semacam itu dibutuhkan, di sisi lain menggunakan produk tiruan berarti tidak menghargai hasil karya penciptanya.
Keresahan para orang tua seperti Dahlia bukan tanpa alasan. Saat ini, bahan berbahaya seperti boraks dan formalin bisa ditemukan hampir semua jenis makanan. Belum lagi penggunaan pewarna tekstil untuk makanan, serta obat-obat pestisida yang mencemari sayuran.
"Sebagai ibu rumah tangga kan ingin anaknya dapat makanan sehat. Meski masak sendiri, bahan bakunya kadang sudah tercemar boraks," kata Dahlia.
Punya pendapat atau pengalaman soal bahan berbahaya dalam makanan, seperti boraks, formalin dan sebagainya? Yuk, mari berbagi dengan pembaca yang lain dengan mengirimkannya ke redaksi@detikHealth.com
(up/vit)











































