Berikut paparannya seperti dirangkum detikHealth, Rabu (6/1/2015).
1. Virus campak genotype baru
|
Foto: Thinkstock
|
Menariknya, dari hasil penelitian Eijkmann Institute menunjukkan bahwa genotype virus yang memicu KLB di wilayah tersebut belum pernah dilaporkan di Indonesia, setidaknya sampai tahun 2011.
Oleh peneliti dari Eijkman Institute, genotype virus campak baru ini diberi nama genotype D8. "Sampai 2011, genotype campak yang bersirkulasi di Indonesia adalah B3 dan H1, genotype D8 belum pernah dilaporkan di Indonesia sebelumnya," papar Ageng Wiyatno, peneliti campak dari Eijkmann.
Meski begitu genotype D8 ini sudah pernah ditemukan di negara lain, dan tergolong ke dalam salah satu dari 23 genotype virus campak yang bersirkulasi di penjuru dunia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) mengungkapkan, genotype D8 sendiri baru ditemukan pada 2014 lalu, antara lain di Riau dan Bandung. Ageng menambahkan pihaknya belum mengetahui kemungkinan asal genotype tersebut.
Baca juga: Genotype Campak Pemicu KLB di Kalsel Belum Pernah Ditemukan di Indonesia
2. Virus DBD lama digantikan dengan virus baru
|
Foto: thinkstock
|
Pergantian genotype ini ditemukan pertama kali dalam sebuah penelitian di Makassar, Sulawesi Selatan. Genotype I dari Dengue Virus 1 (DENV-1) mulai menggantikan keberadaan DENV-1 genotype IV.
Genotype IV sudah ada di Indonesia sejak tahun 1998, sedangkan genotype I belum pernah ditemukan sebelumnya di Indonesia. Persoalannya, virus DBD genotype I bisa tumbuh lebih cepat dibanding genotype IV. Meski dampaknya baru diteliti, peneliti sempat khawatir genotype ini dapat memicu kejadian luar biasa (KLB).
Baca juga: Ditemukan di Makassar, Genotype Baru Virus DBD Gantikan Virus Lama
3. Infeksi Helicobacter pylori
|
Foto: Getty Images
|
"Dari ratusan sampel, angka kejadiannya 20 persen. Itu cukup tinggi," ungkap salah satu peneliti, dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH.
Yang membuat riset ini menarik adalah di luar negeri, infeksi bakteri H Pylori ini kerap dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker lambung. Sedangkan di Indonesia, angka kejadian kanker lambung lebih rendah dibanding negara-negara Asia lainnya yaitu 2,8 kasus per 100.000 penduduk.
Rupanya strain bakteri H pylori yang ditemukan di Indonesia tidak seganas yang ada di negara lain. Namun sejumlah suku bangsa di Indonesia mempunyai kerentanan lebih tinggi terhadap infeksi bakteri ini dibanding suku lainnya.
Sampel dari 5 kota besar menunjukkan angka kejadian pada suku Papua sebesar 42,9 persen, Batak 40 persen, Bugis 36,7 persen, Tionghoa 13 persen, Dayak 7,5 persen, dan Jawa 2,4 persen.
Sumber air juga berpengaruh pada angka kejadian infeksi H.pylori. Warga yang menggunakan sumur atau sungai sebagai sumber air terbukti lebih berisiko mengalami infeksi H.pylori.
Baca juga: Mengenal Helicobacter pylori, Bakteri Penyebab Tukak dan Kanker Lambung
4. Infeksi virus zika
|
Foto: pubmed
|
"Paling hanya demam-demam biasa, akan hilang dengan sendirinya," ungkap Prof Amin Soebandrio, Kepala Lembaga Biomolekuler Eijkman Institute yang melaporkan temuan ini.
Meski sudah ada di Indonesia, Kemenkes memastikan belum ada pasien yang dilaporkan terjangkit. Dan untuk mengantisipasinya, Kemenkes telah berencana menindaklanjuti hasil temuan tersebut dengan studi epidemiologi.
Di Brazil dan sejumlah negara di Amerika Latin, infeksi virus zika ditengarai ada kaitannya dengan tingginya angka kelahiran bayi cacat di sana. Bahkan di Brazil, infeksi virus ini tercatat sudah memakan dua korban jiwa, serta 739 kasus ensefalitis mikro pada bayi.
Baca juga: Pertama Kali di Indonesia, Eijkman Laporkan Infeksi Virus Zika
5. Nyamuk-nyamuk jenis baru
|
Foto: thinkstock
|
Nyamuk yang dimaksud bernama Aedes aurensius, spesies lain dari Aedes aegypti. Nyamuk ini pertama kali teridentifikasi di Papua dan tengah diteliti potensi bahayanya.
"Namanya bagus sekali ya, dia itu sejenis aedes. Kalau kita bicara aedes biasanya itu chikungunya dan demam berdarah tetapi ini dia (aurensius) belum terbukti membawa apa-apa," kata Dr HM Subuh, MPPM, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes.
Selain Aedes aurensius, ada juga nyamuk Anopheles barbirostris yang positif mengandung parasit malaria. Nyamuk ini sudah pernah ada di Sumatra Selatan tetapi baru diketahui dapat menyebarkan malaria.
Baca juga: Ditemukan Nyamuk Baru di Papua, Kemenkes Teliti Potensi Penyakitnya
Halaman 2 dari 6











































