Beberapa obat yang digunakan untuk isolasi mandiri (isoman) COVID-19 belakangan ini langka di pasaran. Ironisnya, obat-obatan tersebut marak dijual secara ilegal di lapak-lapak online, menggunakan nama pelesetan untuk menghindari 'take down' oleh pengelola platform.
Adalah Zico, seorang pasien isoman di Jakarta Utara yang juga sempat berburu obat isoman COVID-19 untuk dirinya sendiri dan orang tuanya. Karena stok di berbagai apotek dan rumah sakit kosong, ia terpaksa berburu di lapak online.
Tentu tidak mudah, mengingat beberapa obat yang ia butuhkan adalah antivirus dan antibiotik yang dikategorikan sebagai obat keras. Obat-obatan dalam kategori ini memang tidak boleh diperjualbelikan secara bebas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ternyata ada kebijakan e-commerce itu nge-take down semua obat yang berhubungan sama COVID. Nggak tahu kalau sekarang. Kemarin aku cari Oseltamivir sudah pasti nggak ada," tutur Zico kepada detikcom, Selasa (13/7/2021).
Meski begitu, bukan berarti tidak ada yang jual. Jika dicari dengan lebih cermat, beberapa pelapak menjualnya dengan nama-nama yang sedikit disamarkan untuk menghindari take down oleh pengelola platform e-commerce.
"Pedagangnya akalin. Azithromycin jadi 'azithromecin', dipeleset-pelesetin," tutur Zico.
Penelusuran detikcom, para pelapak obat di e-commerce memang tidak terang-terangan dalam menuliskan nama obatnya. Avigan misalnya, punya beberapa versi penulisan seperti Afigan atau Aviga. Demikian juga dengan kandungan aktifnya, Favipiravir, yang punya berbagai variasi penulisan di lapak-lapak online 'ilegal'.
Tidak perlu panik
Kepada pasien isoman yang kesulitan mendapatkan obat, Profesor farmakologi yang juga guru besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof Zullies Ikawati mengingatkan untuk tidak panik. Umumnya, obat-obat yang diresepkan berfungsi untuk meningkatkan sistem imun.
"Untuk menguatkan sistem itu kan banyak cara. Di samping menggunakan vitamin, itu juga dari makanan yang sehat, istirahat yang cukup, kemudian berjemur untuk mendapatkan tambahan vitamin D. Kemudian jangan cemas karena cemas bisa mempengaruhi sistem imun," pesannya.
Justru ketika panik, ada kemungkinan faktor psikologis akan mempengaruhi sistem imun. Bila terpaksa tidak bisa mendapatkan antivirus dan antibiotik, ia menyarankan untuk istirahat yang cukup dan mengonsumsi vitamin maupun suplemen lain yang dianjurkan.
(up/up)











































