Dua obat untuk isolasi mandiri (isoman) COVID-19, Oseltamivir dan Azithromycin, susah sekali dicari belakangan ini. Kabar baiknya, kedua obat ini sudah tidak lagi jadi terapi utama COVID-19.
Guru besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr apt Zullies Ikawati meluruskan, Oseltamivir kini tidak lagi masuk dalam daftar obat terapi utama COVID-19, sebagaimana diatur dalam Protokol Tata Laksana COVID-19. Menurutnya, perubahan seperti ini memang bisa terjadi disebabkan munculnya bukti-bukti klinis baru seiring penggunaan obat, khususnya pada pasien COVID-19.
"Oseltamivir adalah obat antiviral yang digunakan untuk pengobatan dan pencegahan infeksi influenza tipe A dan B. Obat ini bekerja dengan menghambat neuroamidase yang dibutuhkan oleh virus influenza untuk merilis virus-virus baru di akhir proses replikasi," terangnya pada detikcom, Kamis (15/7/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oseltamivir diberikan secara empiris pada masa awal pandemi COVID-19 karena sulitnya membedakan gejala pasien COVID-19 dan pasien yang terinfeksi virus influenza. Saat ini, oseltamivir dapat ditambahkan pada pasien dengan COVID-19 dan diduga terinfeksi virus influenza dengan dosis 2 x 75 Mgo," lanjutnya.
Sama halnya dengan Azithromycin yang juga tecantum dalam daftar obat terapi COVID-19. Kini, Azithromycin hanya perlu diberikan pada pasien COVID-19 suspek kasus berat dan kritis, dengan kecurigaan ko-infeksi dan mikroorganisme.
"Artinya, kalau terkonfirmasi positif COVID dengan gejala ringan-sedang tidak usah panik mencari Oseltamivir dan Azithromycin yang memang ketersediaanya terbatas," ujar Prof Zullies dalam laman resminya.
Ia mengingatkan, masyarakat yang terlanjur menerima obat-obat tersebut dalam paket gratis pemerintah tak perlu khawatir. Pun belum sempat kebagian, khususnya pada pasien yang menjalani isolasi mandiri, tak perlu cemas karena pada dasarnya, COVID-19 adalah penyakit akibat virus yang bisa hilang dengan sendirinya tanpa obat.
(vyp/up)











































