Perusahaan farmasi asal Amerika Pfizer menciptakan sebuah pil yang dapat mencegah COVID-19. Pil dengan nama Paxlovid ini diklaim bisa mengurangi kasus rawat inap dan kematian pada orang yang berisiko tinggi mengalami kondisi parah yang disebabkan oleh usia dan riwayat penyakit. Temuan ini didapat dari hasil analisis terakhir yang dilakukan Pfizer.
Sebelumnya, pada November, Pfizer juga melakukan analisis yang menyebutkan bahwa obat buatan mereka hampir 90 persen mampu memangkas kasus rawat inap dan kematian jika diminum dalam tiga atau lima hari sejak timbulnya gejala. Studi laboratorium awal menunjukkan bahwa obat yang mudah diminum akan mampu bertahan melawan varian Omicron.
"Antivirus oral menawarkan berbagai manfaat yang signifikan. Salah satunya adalah oral ... Orang tidak perlu melakukan kontak dengan sistem perawatan kesehatan melainkan dapat menerima perawatan di rumah," kata Roy Gulick, kepala divisi penyakit menular di Weill Cornell Medicine, dikutip dari Washington Post, Rabu (29/12/2021).
Pengobatan secara oral ini disebut sangat dibutuhkan di tengah lonjakan COVID-19 terutama yang disebabkan oleh varian Delta maupun Omicron.
Namun, seperti obat lainnya, Paxlovid juga memiliki beberapa kondisi yang dapat menimbulkan risiko pada sebagian orang. Dilansir dari NBC, Paxlovid dapat berisiko bila pemakaiannya digabungkan dengan obat lain.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat sebelumnya mengizinkan Paxlovid boleh digunakan untuk mengobati COVID-19 kondisi ringan hingga sedang pada orang berusia 12 tahun ke atas yang memiliki kondisi tertentu yang berisiko mengalami rawat inap dan kematian, seperti penyakit jantung atau diabetes. Namun demikian, FDA mengungkapkan bahwa salah satu dari dua kandungan pada obat ini dapat menyebabkan interaksi yang berbahaya bahkan mengancam jiwa.
Paxlovid sendiri memiliki dua kandungan obat, yakni nirmatrelvir dan ritonavir. Bila ditelusuri lebih jauh, obat ritonavir yang terkandung dalam Paxlovid ini umumnya digunakan dalam terapi infeksi HIV. Ritonavir mampu menekan enzim yang disebut CYP3A, yaitu enzim yang memetabolisme banyak obat, termasuk nirmatrelvir.
Dalam kasus Paxlovid, Ritonavir digunakan untuk memperlambat pemecahan antivirus aktif dalam tubuh dan membantunya tetap pada tingkat terapeutik yang lebih lama.
Yang menimbulkan kekhawatiran adalah ketika Paxlovid digabungkan dengan obat lain yang juga dimetabolisme oleh enzim CYP3A, ini bisa saja menyebabkan ritonavir berubah menjadi 'racun'.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
(up/up)