Saran Psikolog agar Tak Gampang 'Silau' Saat Crazy Rich Pamer Kemewahan

Saran Psikolog agar Tak Gampang 'Silau' Saat Crazy Rich Pamer Kemewahan

Vidya Pinandhita - detikHealth
Sabtu, 19 Mar 2022 08:30 WIB
Saran Psikolog agar Tak Gampang Silau Saat Crazy Rich Pamer Kemewahan
Ilustrasi crazy rich. (Foto: Getty Images/Enes Evren)
Jakarta -

Tren pamer harta para 'crazy rich' kerap menginspirasi untuk mendapatkan harta berlimpah melalui cara-cara instan. Buaian mimpi indah tersebut kadang menjeruskan seseorang jadi korban penipuan.

Kecenderungan mudah 'silau' tersebut dimanfaatkan pula oleh sebagian orang untuk mencari keuntungan. Reputasi sebagai 'crazy rich', meski belakangan terungkap cuma abal-abal alias palsu, mudah sekali digunakan untuk menjerat korban yang sudah ngebet banget ingin cepat kaya.

"Keuntungannya banyak. Mulai dari dapat atensi, menjadi pusat perhatian, kemudian mendapat compliment, mendapatkan pengakuan bahwa misalnya dia orang hebat dan orang besar, mendapatkan status sosial, mendapatkan penerimaan sosial," kata psikolog klinis dan Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, saat ditemui detikcom, Rabu (16/3/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bahkan mungkin bisa mendapat keuntungan finansial. Dari situ orang mendapat kepercayaan juga (orang lain melihat) betul ya orang kaya. Jadi nggak mungkin misal dia jualan ini bohong," imbuhnya.

Masyarakat juga menyorot kerugian yang dialami para korban penipuan, diketahui menyentuh angka hingga miliyaran rupiah.

ADVERTISEMENT

Veronica menjelaskan, wajar jika masyarakat berani mengambil langkah untuk beroleh profit dari sesuatu yang nampak mewah di media sosial. Sebab pada banyak orang, tawaran untuk memiliki uang banyak dalam waktu singkat bukanlah hal mudah untuk ditolak begitu saja.

Namun Veronica memberikan catatan, masyarakat perlu berhati-hati dalam mengambil keputusan, terlebih yang memicu pengeluaran uang dalam jumlah besar. Pada banyak kasus penipuan, korban sempat mengiyakan iming-iming oknum penipu lantaran dipenuhi sikap impulsif dan emosi sesaat.

"Ketika kita ditawarkan sesuai (misalnya) coba deh 25 juta sekarang, yang penting Anda foto saja di situ kemudian tanda tangan. Tanda tangan saja nggak diapa-apain. 25 juta langsung, uangnya ada. Kalau orang tidak berpikir panjang, hanya tergerak dengan apa yang ditawarkan dan menggiurkan tanpa pikir panjang ya langsung diambil. Itu karena dorongan impulsnya (tinggi)," beber Veronica memberikan gambaran.

Lantas, bisakah penipuan lewat iming-iming profit besar dalam waktu singkat dideteksi? Bisa, simak penjelasan psikolog di halaman selanjutnya.

Terakhir, Veronica mengingatkan penawaran yang jujur umumnya tak terkesan terlalu indah dan membesar-besarkan. Walhasil, penting untuk masyarakat bersikap kritis ketika menonton konten hidup mewah ala Crazy Rich, atau melakukan tindakan untuk meraup rupiah dengan iming-iming kaya secara instan.

"Emosi sesaat waktu itu yang kemudian mendorong keputusan. Maka saya selalu bilang, if it's too good to be true, berarti itu bohong. Jadi terus jangan perihal uang, keluarkan uang, tanda tangan atau apa pun menyangkut data pribadi, itu jangan pernah membuat keputusan dalam hitungan detik, menit, bahkan jam," jelasnya.

"Pikirkan dulu. Kalau bisa lewatkan sehari, lewatkan dulu sehari. Cari tahu, benar atau tidak? Orang tersebut bisa dipercaya atau tidak?" pungkas Veronica.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video KuTips: Coba Perhatiin, Adakah Tanda Ortu Kita Kesepian?"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)
Tren Pamer Harta
5 Konten
Fenomena Crazy Rich memunculkan dua pandangan. Satu sisi ada sekelompok orang yang doyan banget pamer harta, di sisi lain banyak juga yang gampang 'silau' oleh kemewahan sehingga gampang sekali kena tipu. Sehatkah?

Berita Terkait