Warga +62 Waspada! Varian BA.2.75 Rentan Tulari 'Alumni' COVID

Warga +62 Waspada! Varian BA.2.75 Rentan Tulari 'Alumni' COVID

Vidya Pinandhita - detikHealth
Rabu, 20 Jul 2022 16:30 WIB
Warga +62 Waspada! Varian BA.2.75 Rentan Tulari Alumni COVID
Foto: Getty Images/iStockphoto/loops7
Jakarta -

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan temuan tiga kasus COVID-19 dengan infeksi subvarian Omicron BA.2.75 atau yang kini disebut sebagai 'Centaurus', Senin (28/7/2022). Lantas, apa yang membedakan subvarian ini dari varian-varian Corona lainnya?

Ahli virus dari Universitas Edinburgh, dr Eleanor Gaunt, menjelaskan BA.2.75 bersifat amat menular sehingga berpotensi menggantikan semua varian Corona yang ada sebelumnya. Namun, pihaknya belum bisa memastikan penyebab subvarian Omicron ini menjadi begitu dominan.

Diketahui, seperti BA.5, BA.2.75 adalah bentuk virus Corona yang sangat mudah menular dengan cepat. Subvarian Omicron ini diprediksi menjadi dominan di seluruh dunia tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ahli menyorot BA.2.75 yang kini menyalip penyebaran BA.5 di India. Berangkat dari temuan tersebut, para ahli menyebut BA.2.75 juga berpotensi menjadi varian dominan di negara-negara lain.

"Temuan kami terkait BA.2.75 baru ini adalah bahwa (subvarian Omicron) itu menyebar di negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi, jadi tampaknya virus ini mampu menghadapi kekebalan yang sudah terbentuk sebelumnya," terang dr Gaunt, dikutip dari EuroNews, Rabu (20/7/2022).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, hal tersebut disebabkan jumlah perubahan protein lonjakan, yakni protein pada permukaan virus yang membantunya memasuki sel.

"Itulah bagian dari virus yang dikenali oleh sistem kekebalan tubuh Anda," kata Gaunt.

"Ketika itu mengubah tampilannya, maka sistem kekebalan Anda kurang bisa mengenalinya. Ini pasti sesuatu yang terjadi di sini," sambungnya.

Namun dr Gaunt menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir perihal penyebaran BA.2.75 dan potensinya menjadi varian Corona dominan di dunia. Pasalnya, sifat virus tersebut telah menjadi pola yang berkali-kali dihadapi sepanjang pandemi COVID-19.

"Ini adalah pola perilaku yang telah kita lihat berkali-kali sepanjang pandemi ini. Kami mendapatkan varian baru yang lebih menular dan menggantikan varian yang lebih lama, tetapi orang-orang di populasi mendapatkan lebih banyak kekebalan dari paparan virus dan melalui vaksinasi," ujarnya.

"Kami juga melihat tingkat keparahan klinis rawat inap yang terkait dengan virus Corona secara umum menurun. Jadi itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan," pungkas dr Gaunt.

Potensi Reinfeksi

dr Gaunt menambahkan, terdapat bukti juga bahwa sebagian besar subvarian Omicron dapat menginfeksi orang-orang yang sudah pernah terpapar COVID-19 sebelumnya. Namun menurutnya, kondisi tersebut masih bisa diantisipasi dengan penggunaan masker secara disiplin dibarengi pembatasan mobilitas.

"Jika Anda melihat infeksi ulang, kemungkinan infeksi ulang secara klinis tidak terlalu parah. Virus ini tidak akan kemana-mana. Orang-orang akan terinfeksi ulang," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(vyp/kna)
Centaurus BA.2.75
13 Konten
Subvarian terbaru Omicron, BA.2.75, mulai unjuk gigi. Setelah pertama kali muncul di India lalu menyebar ke berbagai negara, keberadaannya kini sudah terdeteksi di Indonesia.

Berita Terkait