Heboh China Diterpa 'Resesi Seks', Apa Sih yang Bikin Warga Ogah Punya Anak?

ADVERTISEMENT

Terpopuler Sepekan

Heboh China Diterpa 'Resesi Seks', Apa Sih yang Bikin Warga Ogah Punya Anak?

Afif Ahmad Rifai - detikHealth
Minggu, 21 Agu 2022 19:30 WIB
Tempat perlindungan diri dari serangan udara di Nanjing, China, ramai dikunjungi warga. Mereka berdatangan untuk mendinginkan diri saat cuaca panas.
Ilustrasi warga China. Foto: Getty Images
Jakarta -

China kini diterpa 'resesi seks', yakni merosotnya gairah pasangan untuk berhubungan seksual, menikah, dan memiliki anak. Fenomena tersebut dikhawatirkan menjadi masalah demografi yang serius dan berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan. Lantas, apa penyebab banyak warga China enggan punya anak?

Fenomena 'resesi seks' di China ditandai dengan menurunnya angka kelahiran baru di negara tersebut. Ahli demografi setempat mengungkapkan, angka kelahiran di China akan turun menjadi di bawah 10 juta pada tahun ini yang semula 10,6 juta pada tahun 2021.

"Sudah 11,5 persen lebih rendah dari tahun lalu," sebut salah satu pakar di China, dikutip dari Reuters beberapa waktu lalu.

Penyebab 'Resesi Seks'

Dikutip dari The Strait Times, pada Oktober lalu Liga Pemuda Komunis China merilis survei yang dilakukan pada wanita yang tinggal di perkotaan China. Ditemukan, 50 persen di antaranya menyatakan enggan menikah. Bahkan, sepertiga dari responden mengaku tidak percaya menikah hingga tidak pernah merasakan jatuh cinta.

Banyak pasangan di China yang tidak ingin memiliki anak lantaran berkaitan dengan biaya hidup yang lebih tinggi. Adapula spekulasi 'resesi seks' terjadi lantaran muncul pergeseran budaya mengenai orang yang terbiasa hidup dengan jumlah anggota keluarga yang lebih kecil.

Tak hanya itu kultur bekerja 9-9-6 turut menjadi isu penyebab fenomena 'resesi seks' ini. Kultur tersebut adalah warga bekerja dari 9 pagi hingga jam 9 malam selama 6 hari dalam seminggu.

Seiring itu, para ahli demografi menyorot kemungkinan merosotnya gairah tersebut berkaitan dengan langkah penanganan COVID-19 secara ketat oleh pemerintah China, yakni 'Nol-COVID'. Warga banyak menyaksikan pihak berwenang secara paksa memasuki rumah untuk memboyong warga ke pusat karantina.

Banyak juga laporan warga yang kehilangan pendapatan, serta sulit mendapat akses ke perawatan kesehatan dan makanan.

"China jelas merupakan pemerintahan besar dan keluarga kecil. Kebijakan nol-COVID China telah menyebabkan ekonomi nol, pernikahan nol, kesuburan nol," kata ahli demografi China terkemuka Yi Fuxian, dikutip dari Reuters, Rabu (17/8/2022).

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT