Istilah 'Sleepover Date' kini ngetren di media sosial, yang diartikan sebagai menginap bersama pacar. Sejumlah warganet mengkritik, istilah tersebut merujuk pada seks bebas. Seiring itu, psikolog mengingatkan melakukan perilaku seks bebas dengan titel 'Sleepover Date' berisiko memicu turunnya keberhargan diri dan keberanian untuk berkomitmen dalam hubungan. Kenapa?
"Yang menjadi saya khawatir kalau dari sudut pandang psikologi, ini seolah-olah nanti istilah yang lebih mudah dikatakan. Semakin mudah dikatakan, menjadi normalisasi seolah-olah ini adalah hal yang normal, hal yang wajar, baik-baik saja," terangnya," ujar psikolog klinis dan founder pusat konsultasi Anastasia and Associate, Anastasia Sari Dewi, pada detikcom, Rabu (7/9/2022).
"Padahal, untuk hal yang berisiko ini disayangkan sekali. Untuk hal-hal berisiko, yang sifatnya bisa merugikan baik secara fisik maupun mental, ini seharusnya jangan dinormalisasi," lanjutnya.
Sari menambahkan, perilaku seks bebas jelas memicu risiko pada fisik berupa penyakit menular seksual, kehamilan dini, hingga tingkat aborsi. Namun seiring itu, terdapat juga beberapa pengaruh pada kondisi psikologis.
"Untuk remaja khususnya, atau anak-anak muda yang mungkin prinsipnya (atau) idealismenya belum kuat, masih banyak terpengaruh oleh faktor sosial atau faktor eksternal, istilah seperti ini bisa dengan mudah menjadi pemahaman baru bagi mereka. Menjadi normalisasi, menjadi sesuatu yang dianggap normal," jelasnya.
"Semakin sering didengar, semakin sering ditemui, seolah-olah menjadi hal normal. Ini yang repot," lanjut Sari.