WHO Masih Waswas Meski Akhir Pandemi di Depan Mata, Ada Apa Nih?

WHO Masih Waswas Meski Akhir Pandemi di Depan Mata, Ada Apa Nih?

Vidya Pinandhita - detikHealth
Jumat, 16 Sep 2022 10:00 WIB
WHO Masih Waswas Meski Akhir Pandemi di Depan Mata, Ada Apa Nih?
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini menyinggung akhir pandemi COVID-19 sudah di depan mata. Namun tak berarti dunia bisa bersantai, kondisi tersebut justru wajib dimanfaatkan untuk betul-betul mengakhiri pandemi.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan, jika kondisi yang membaik ini tidak dipertahankan, akan terbuka peluang untuk muncul varian baru virus Corona.

"Pekan lalu, angka kematian akibat COVID-19 mingguan yang terlaporkan adalah yang terendah sejak Maret 2020. Kita belum pernah ada di posisi sebaik ini dalam upaya mengakhiri pandemi COVID-19," ujarnya, dikutip detikcom dari laman Twitter resmi @DrTedros, Jumat (16/9/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita belum tiba di sana (akhir pandemi COVID-19), tapi akhir pandemi sudah di depan mata," sambung Tedros.

Lebih lanjut Tedros menegaskan, semua negara kini didesak untuk menggencarkan vaksinasi COVID-19 termasuk untuk kelompok rentan seperti tenaga kesehatan (nakes) dan warga lanjut usia (lansia) sebagai prioritas tertinggi. Pasalnya jika kondisi kini tak disikapi dengan benar, ada risiko varian baru Corona muncul lagi.

ADVERTISEMENT

"Jika kita tidak mengambil kesempatan ini sekarang, ada risiko untuk varian baru, lebih kematian, lebih banyak kerusakan, dan lebih banyak ketidakpastian. Jadi mari kita gunakan kesempatan ini," pungkas Tedros.

Situasi di Indonesia

Dalam kesempatan lainnya, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sekaligus spesialis paru RS Persahabatan dr Erlina Burhan, SpP(K), menegaskan situasi COVID-19 sulit diprediksi. Misalnya di Indonesia, COVID-19 sempat mereda akhir tahun lalu, namun kemudian melonjak lagi gegara kemunculan varian Omicron.

"COVID-19 itu unpredictable banget. Situasinya dinamis sekali. Dulu tahun lalu sekitar akhir tahun kita juga merasa kita akan segera endemi, sudah mulai turun (kasus COVID-19). Bahkan saya ingat itu jumlah kasus kita harian di bawah 300," jelasnya dalam acara 'Pentingnya Vaksinasi Booster dalam Melindungi Masyarakat dari Akibat Serius Penyakit COVID-19 Termasuk Rawat Inap dan Kematian', Kamis (15/9/2022).

"Tiba-tiba muncul Omicron. Januari-Februari (kasus COVID-19) naik lagi. Bahkan puncaknya melebihi Delta. Kalau Delta puncaknya 54 ribuan, kalau Omicron itu 60 ribuan," lanjutnya.

Lebih lanjut dr Erlina menjelaskan, virus Corona memang lazim bermutasi. Cara untuk mencegah terjadinya mutasi adalah dengan mencegah penularan.

Pasalnya, virus hanya bisa berkembang biak jika masuk ke dalam tubuh dan bereplikasi. Jika pada proses replikasi terjadi gangguan sistem, maka virus yang terbentuk akan berbeda dengan virus induknya. Kondisi inilah yang memicu munculnya varian Corona baru.

"Virus berkembang biak jika dia masuk ke dalam tubuh. Kalau dia diam saja di luar seperti di ubin, di meja, di kursi, dia mati saja lama-lama. Tapi kalau masuk ke dalam tubuh, dia berkembang biak dengan cara memperbanyak dirinya. Namanya replikasi. Virus mereplikasi dirinya dengan cara copy-paste agar terbentuk virus-virus baru yang persis dengan yang pertama," jelas dr Erlina.

"Tapi saat dia replikasi itu terjadi kesalahan karena sistemnya terganggu, maka virus yang baru nggak sama dengan induknya. Maka ini disebut terjadi mutasi ada virus baru, varian baru. Jadi kalau kita nggak mau ada varian baru, nggak ada mutasi, cegah mutasi. Bagaimana mencegahnya? Jangan sampai dia berkembang biak. Bagaimana supaya tidak berkembang biak? Jangan sampai menular. Bagaimana supaya tidak menular? Jangan masuk ke dalam tubuh," pungkasnya.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video Pakar: Flu Burung Picu Pandemi yang Lebih Parah Dibanding Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)

Berita Terkait