Belakangan ini santer diberitakan terkait Es Teh Indonesia yang somasi konsumennya. Kasus ini berawal dari konsumen yang mengkritik salah satu produknya terlalu manis. Lantas, jika kebanyakan mengonsumsi minuman manis, adakah tanda-tanda seseorang kelebihan gula?
Menurut Ketua umum PB Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia), Prof Dr dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD, tidak ada tanda atau gejala tubuh sebagai alarm bahwa harus berhenti minum minuman manis pada orang normal. Selama metabolisme tubuh berjalan normal, maka konsumsi makanan manis (karbohidrat simple) akan dimetabolisme oleh tubuh menjadi kalori atau kelebihan yang nantinya disimpan menjadi lemak sebagai cadangan kalori atau energi.
Berbeda jika metabolisme tubuh seseorang ada kelainan, seperti pada pengidap diabetes. Makanan dan minuman manis sebagai gula atau karbohidrat simpel lebih cepat diserap di usus, sehingga lebih cepat meningkatkan kadar gula darah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apabila kadar gula darah di dalam tubuh pengidap diabetes sudah sangat tinggi, bisa memicu sejumlah gejala, seperti buang air kecil hingga rasa cepat lapar.
"Jika metabolisme tubuh ada kelainan misalnya pada diabetes (akibat kekurangan insulin atau kerja insulinnya tidak baik), maka konsumsi minuman manis sebagai gula atau karbohidrat simple lebih cepat diserap di usus, sehingga lebih cepat meningkatkan kadar gula darah," tuturnya saat dihubungi detikcom, Senin (26/9/2022).
"Tanda gula darah yang terlalu tinggi diantaranya "banyak kencing" atau sering disebut poliuria (karena banyak gula dibuang melalui kencing dan sekaligus membawa air), akibat berikutnya menjadi "haus dan banyak minum" (disebut polydipsia), dan rasa lapar menjadi "banyak makan" atau disebut polifagi (karena makanan yang ada di dalam darah dibuang lewat kencing tidak dijadikan energi)," lanjutnya lagi.
(suc/naf)











































