Di tengah makin longgarnya status kedaruratan COVID-19, penelitian terbaru menunjukkan bahwa beberapa kelompok masih merasakan efek jangka panjang dari penyakit tersebut (Long COVID). Berdasarkan studi yang diterbitkan JAMA Health Forum, Jumat (3/3/2023), orang yang mengalami Long COVID berisiko tinggi mengalami sejumlah penyakit, termasuk risiko kematian dua kali lipat.
Studi tersebut meneliti data klaim asuransi untuk 13.435 orang dewasa dengan Long COVID dan 26.870 tanpa COVID-19 dengan 12 bulan. Dengan memperhitungkan faktor-faktor yang ada sebelum infeksi, kelompok Long COVID mengalami peningkatan risiko kematian, dengan 2,8 persen pasien Long COVID meninggal dibandingkan dengan 1,2 persen dari mereka yang tidak mengalaminya.
Mereka yang mengidap Long COVID juga kemungkinan dua kali lebih besar mengalami masalah kardiovaskular termasuk aritmia, stroke, gagal jantung, dan penyakit arteri koroner.
Selain mengalami masalah kardiovaskular, pengidap Long COVID juga lebih berisiko mengalami masalah paru-paru. Risiko emboli paru meningkat lebih tiga kali lipat, sementara risiko Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan asma sedang atau berat meningkat hampir dua kali lipat.
Studi tersebut menunjukkan risiko terbesar penyakit tersebut adalah pasien rawat inap yang mengalami gejala meskipun sudah satu bulan terinfeksi COVID.
"Kami tahu dari literatur yang diterbitkan bahwa Long COVID dapat menyebabkan kelelahan, sakit kepala, dan gangguan fokus," kata Wakil Presiden Staf Riset Layanan Kesehatan Elevance Health dan penulis utama studi tersebut Dr Andrea DeVries dikutip dari BBC, Minggu (5/3/2023).
"Meskipun kondisi tersebut memprihatinkan, hasil dari penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih mengkhawatirkan yang dapat sangat memengaruhi kualitas dan masa hidup orang dengan Long COVID," lanjutnya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mendefinisikan Long COVID sebagai masalah kesehatan baru, kembali, atau berkelanjutan lebih dari empat minggu setelah timbulnya infeksi awal. Menurut penelitian CDC, satu dari lima penyintas COVID-19 berusia 18 hingga 64 tahun dan satu dari empat penyintas berusia 65 tahun atau lebih mengalami masalah kesehatan berkelanjutan yang mungkin disebabkan oleh infeksi COVID-19.
(hnu/up)