Indonesia sudah kemasukan subvarian Omicron XBB.1.16 atau varian Arcturus, yakni varian Corona yang diduga memicu lonjakan kasus COVID-19 di India. Sejauh ini, sebagaimana dilaporkan Kementerian Kesehatan RI, sudah ada 7 kasus varian Arcturus di Indonesia.
Melihat masuknya varian Arcturus ini berdekatan dengan momen mudik Lebaran, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan masyarakat kini boleh melakukan perjalanan mudik secara normal, seperti sebelum pandemi. Meskipun dalam beberapa waktu terakhir, Indonesia terpantau mengalami kenaikan kasus COVID-19.
"Kenapa Lebaran sekarang dibuka? Kita tahu scientific kenaikan kasus bukan karena Lebaran, tapi varian baru Arcturus yang sudah masuk. Tiga minggu kasus akan naik," kata Menkes dalam diskusi di Kemenkes RI, Senin (17/4/2023).
Meski begitu, Menkes menekankan bahwa kondisi imunitas atau antibodi masyarakat Indonesia sampai saat ini masih tinggi. Sejauh ini, belum ada bukti varian Arcturus menyebabkan kasus kematian yang lebih tinggi dibandingkan varian Corona yang merebak sebelumnya.
"Tapi imunitas terakhir hasil dari sero survei 99 persen punya antibodi, titernya 3.000 lebih per milimeter. Kalau ada yang kena, kalau sudah divaksin nggak masalah," tutur Menkes.
"Datanya yang wafat yang belum divaksin. Vaksinnya masih banyak," pungkasnya.
Berdasarkan data terakhir, kasus varian Arcturus yang teridentifikasi ada 7 kasus. Sebanyak lima kasus diidentifikasi di DKI Jakarta dan dua lainnya di Jawa Timur.
Gejala yang dikeluhkan yakni:
- Batuk
- Sakit tenggorokan atau sakit menelan
- Nyeri tubuh
- Hilang napsu makan
- Mata merah
- Mata perih
- Keluar kotoran mata atau belek
Simak Video "Video Pakar: Flu Burung Picu Pandemi yang Lebih Parah Dibanding Covid-19"
(sao/vyp)