Setelah Singapura, Malaysia juga melaporkan kenaikan kasus COVID-19 yang signifikan. Namun, angkanya masih jauh lebih rendah dari laporan Singapura. Dalam periode 19 hingga 25 November tercatat sebanyak 3.626 kasus, meningkat dari periode 12 hingga 18 November yakni 2.305 pasien.
Direktur Jenderal Kesehatan Dr Muhammad Radzi Abu Hassan mengatakan kasus baru COVID-19 di Malaysia pada minggu lalu meningkat dari 2.305 menjadi 3.636 kasus.
"Kasus mingguan yang terdeteksi telah melampaui 1.000 setiap minggunya sejak pekan lalu, dengan tingkat peningkatan antara 7,1 persen hingga 57,3 persen," tutur Dr Radzi, dikutip dari media lokal Malaysia, The Star, Senin (4/12/2023).
"Telah dilaporkan delapan klaster aktif COVID-19 dengan total 121 kasus," sambungnya.
Dalam laporan terbarunya untuk pekan yang berakhir 25 November, Dr Radzi mengatakan 48 persen kasus terjadi pada individu berusia antara 20 dan 40 tahun. Sekitar 98 persen dari kasus tersebut hanya mengalami gejala ringan.
Mayoritas Terjadi di Klaster Pendidikan
Dr Radzi mengungkapkan jumlah kumulatif klaster yang dilaporkan hingga saat ini ada 7.248 klaster. Mayoritas adalah klaster di sektor pendidikan.
Ia menambahkan, tingkat perawatan pasien COVID-19 ke fasilitas kesehatan meningkat menjadi 2,9 persen per 100.000 penduduk pada Juli. Sedangkan pada Juni, tingkat perawatan hanya mencapai 2 persen.
"Angka ini sudah termasuk kasus suspek dan infeksi terkonfirmasi," katanya.
NEXT: Dugaan Pemicu Kasus COVID-19 di Malaysia Naik
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
(sao/vyp)