Round Up

Fakta-fakta Angka Pernikahan 'Ngedrop' di RI, Ini Alasan Warga Tunda Kawin

Averus Kautsar - detikHealth
Selasa, 12 Mar 2024 04:15 WIB
Ilustrasi menikah. (Foto: ilustrasi/thinkstock)
Jakarta -

Beberapa waktu lalu viral angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa dalam kurun tiga tahun terakhir angka pernikahan secara nasional mengalami penurunan hingga dua juta.

Pada tahun 2023 jumlah pernikahan secara nasional berada di angka 1.577.255, tahun 2022 dengan 1.705.348, dan pada tahun 2021 berjumlah 1.742.049. Data ini juga ditambah dengan jumlah perceraian yang cenderung meningkat di Indonesia, tahun 2021 ada 477 ribu perceraian, 2022 dengan 500 ribu perceraian, dan 2023 dengan 463 ribu perceraian.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menuturkan bahwa memang ada penurunan angka pernikahan di Indonesia. Kondisi ini rupanya juga sejalan dengan penurunan angka kesuburan atau total fertility rate (TFR). Pada tahun 2023 angka kesuburan Indonesia berada di angka 2,1.

"Analisis saya memang ini cocok dengan yang namanya total fertility rate (TFR), itu artinya rata-rata perempuan melahirkan berapa anak rata-rata perempuan, ini kan kalau di 2017 angkanya masih cukup tinggi 2,4 hampir 2,5," kata Hasto ketika dihubungi detikcom.

"Ternyata perempuan dengan jumlah anaknya menurun lebih cepat daripada ekspektasi pemerintah," sambung dia.

Penyebab Warga RI Tunda Nikah

Hasto berpendapat bahwa pemicu penurunan angka pernikahan di Indonesia tidak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di negara lainnya. Hal ini masih berkaitan dengan pendidikan, tempat tinggal, dan masalah ekonomi.

Hasto menuturkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, maka semakin besar kemungkinan orang tersebut hanya akan memiliki satu anak atau bahkan tidak sama sekali.

"Sebetulnya bukan semakin pendidikan tinggi, ekonomi cukup, anaknya banyak, karena daerah-daerah yang agak ketinggalan itu cenderung anaknya lebih banyak, kawinnya banyak," terang dia.

Selain itu, Hasto juga mengaitkan fenomena ini dengan toxic people. Menurutnya, selain karena banyak yang menunda pernikahan, tingkat 'egoisme' pada sejumlah kelompok masyarakat untuk tidak memiliki anak juga meningkat.

"Perceraian kan cukup tinggi signifikan, itu kan sebetulnya tren toxic people itu meningkat, selain kita karena semakin maju pendidikan, semakin delay menikahnya, mungkin egoisme kita semakin meningkat, jadi secara individu makin kita semakin egois, yang mungkin untuk memaklumi orang lain sulit juga," kata Hasto.

NEXT: Populasi RI Terancam Menyusut?




(avk/kna)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork