Psikolog Soroti soal Trauma hingga PTSD usai Mobil MBG Tabrak Siswa di Jakut

Devandra Abi Prasetyo - detikHealth
Jumat, 12 Des 2025 16:48 WIB
Foto: Robby Bernardi/detikJateng
Jakarta -

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan beberapa korban dari insiden kecelakaan mobil pengangkut MBG yang menabrak puluhan siswa di SDN Kalibaru 01, Cilincing, Jakarta Utara telah diizinkan untuk pulang dari rumah sakit.

Namun, masalah pemulihan korban sepertinya belum selesai sampai di situ. Ada potensi dampak psikologis yang bisa dialami para siswa, mulai dari trauma ringan hingga risiko berkembang menjadi post-traumatic stress disorder (PTSD).

Psikolog Joice Manurung mengatakan anak-anak usia SD di usia 6-12 tahun tersebut belum cukup mampu untuk mengelola emosinya, mengelola masalah, hingga menafsirkan semua situasi.

"Istilah saya 'belum matang'. Bisa dibayangkan ketika anak berada dalam kondisi 'belum matang' dan tiba-tiba mengalami peristiwa yang mengejutkan. Maka secara logis, dia tidak sanggup mengelola itu," kata Joice saat dihubungi detikcom, Jumat (12/12/2025).

Terlebih, kondisi ini diperparah dengan lokasi kejadian, yakni sekolah. Menurut Joice, anak-anak menganggap sekolah adalah tempat paling, sehingga tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Nah ketika seseorang mengalami peristiwa yang mengancam, membahayakan nyawa atau mengganggu emosinya begitu berat, namun dia tidak bisa menyelesaikannya secara rasional secara logis gitu ya. Nah itu akan meninggalkan residu-residu. Residu-residu inilah yang disebut sebagai trauma," katanya.

Trauma Bisa Dialami Juga oleh Bukan Korban

Joice menambahkan, trauma atau lebih tepatnya goncangan emosional usai insiden mobil menabrak tersebut juga bisa dialami oleh mereka di luar 22 orang yang terdata.

"Walaupun dia bukan korban yang ditabrak, misalnya dia paling depan duduknya, dia hanya melihat atau berteriak itu dia sudah mengalami goncangan," katanya.

"Kalau dia sudah tergoncang, tadi muncul ketakutan, muncul kecemasan dalam bentuk prediksi-prediksi atau dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Atau tadi saya bilang dia bisa tanda kutip nanti membangun sebuah konstruksi yang baru tentang sekolah. Oh, berarti sekolah itu ternyata tidak aman ya," sambungnya.

Trauma ini bisa bermacam bentuknya, bisa saja korban takut ke sekolah, selalu was-was kalau ke sekolah, atau ketakutan lain akan terjadi hal serupa ke depannya.

"Nah, kalau ini terus terbawa, ini juga akan menjadi sebuah residu dan disebut juga sebagai sebuah peristiwa traumatik," kata Joice.




Simak Video "Video: Yuk Ketahui Dampak dan Penanganan Trauma pada Anak Korban Bencana!"


(dpy/up)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork