Minuman berenergi kerap dikonsumsi untuk meningkatkan stamina dan kewaspadaan. Namun di balik efek 'melek instan' tersebut, tersimpan risiko serius bagi kesehatan, terutama jika dikonsumsi berlebihan. Direktur Medik dan Keperawatan RS Pusat Otak Nasional (PON) Prof. dr. Mahar Mardjono, dr. Reza Aditya Arpandy, SpS, mengungkapkan dampak yang dapat terjadi pada tubuh hingga berujung stroke.
Menurut dr Reza, minuman berenergi umumnya mengandung kafein dan berbagai zat stimulan lain. Jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, zat-zat ini dapat memicu kenaikan tekanan darah secara tiba-tiba serta mempercepat denyut jantung.
"Dalam kondisi ekstrem, konsumsi minuman berenergi bisa menyebabkan gangguan irama jantung. Selain itu, zat stimulan juga dapat memengaruhi pembuluh darah otak, salah satunya dengan menyebabkan pengecilan diameter pembuluh darah otak," jelas dr Reza saat dihubungi detikcom Senin (15/12/2025).
Penyempitan pembuluh darah otak tersebut dapat mengganggu aliran darah ke jaringan otak. Jika aliran darah berkurang atau terhenti, sel-sel otak akan kekurangan oksigen dan nutrisi, yang pada akhirnya dapat memicu serangan stroke, meski pada orang yang sebelumnya tampak sehat.
Tak hanya kafein, dr Reza menyoroti kandungan gula sangat tinggi dalam minuman berenergi. Konsumsi gula berlebih dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko diabetes melitus, yang diketahui sebagai salah satu faktor risiko utama stroke.
"Diabetes dapat merusak pembuluh darah secara perlahan. Jika dikombinasikan dengan lonjakan tekanan darah akibat stimulan, risikonya menjadi berlipat," ujarnya.
Ia mengingatkan stroke tidak selalu terjadi secara mendadak tanpa sebab. Sering kali, ada rangkaian proses yang dipicu oleh kebiasaan konsumsi harian yang dianggap sepele.
Simak Video "Video: Seusai Stroke Ringan, Kak Seto Diminta Istirahat hingga 2 Bulan"
(naf/kna)