Situasi darurat di wilayah terdampak banjir seringkali memaksa warga, termasuk anak-anak, mengonsumsi makanan seadanya. Mi instan sering menjadi pilihan utama karena praktis dan mudah didapatkan.
"Yang pertama kita harus merujuk kepada kebutuhan makan bayi dan balita. Jadi kalau memang dalam keadaan darurat, ya kita mau ngomong apa, daripada anaknya tidak makan," ujar ahli gizi masyarakat dr Tan Shot Yen.
Meski bisa menjadi penyelamat di hari pertama, dr Tan menekankan bahwa konsumsi mi instan tidak boleh berlarut-larut. Jika hal ini berlangsung lebih dari satu atau dua hari, kecukupan gizi harian anak bisa tidak terpenuhi.
Anak-anak yang mengalami defisiensi nutrisi dalam jangka panjang di masa pertumbuhan berisiko mengalami penurunan fungsi imun sehingga lebih mudah terserang penyakit pascabanjir seperti diare dan infeksi saluran pernapasan.
"Apalagi kalau berlangsung berminggu-minggu, tentu akan memengaruhi berat badannya. Jika kebutuhan pangan tidak tercukupi, berakibat pada defisiensi mikronutrien atau malnutrisi pada anak yang sedang tumbuh kembang," jelasnya.
Selain masalah berat badan, hal yang paling dikhawatirkan adalah perubahan preferensi makan anak. Mi instan memiliki rasa gurih yang kuat karena bumbu dan kadar garam yang tinggi.
Simak Video "Video: Ini Asupan Gizi yang Dibutuhkan untuk Pertumbuhan Tulang Anak"
(kna/kna)