Pria asal Jakarta, Meirza Hartoto (41) membagikan kisahnya sebagai penyintas obesitas. Meirza mengaku dirinya pernah memiliki bobot tubuh sebesar 100 kilogram di usia 21 tahun.
Kondisi kelebihan berat badan mulai ia rasakan sejak kelas 2 SD. Salah satu pemicunya karena kebiasaan makan yang tidak teratur saat kecil.
"Awalnya gara-gara les renang. Setiap habis renang, itu makan mulu. Nggak tahu kenapa itu nafsu makannya itu jadi bertambah," ujar Meirza ditemui detikcom di Hotel Akmani, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (1/3/2023).
"Itu jadinya orang tua senang gitu. Awalnya susah makan, jadi senang makan dan itu terjadi sampai di remaja mulai masuk kuliah lah pokoknya," sambungnya.
Ia menuturkan bobotnya yang besar membuatnya menghadapi masalah kesehatan mulai dari mudah ngantuk, cepat haus, badan terasa berat, dan cepat kelelahan. Tidak hanya itu, kondisi obesitas yang ia alami juga membuatnya kerap dirundung oleh orang sekitar.
Mulai Menjalani Diet
Meirza akhirnya memutuskan untuk menurunkan berat badannya. Salah satu pemicunya yakni kesulitan mencari baju untuk ukurannya.
"Kayak celana udah sampe mentok di 38. Di atas 38 udah nggak ada lagi. 'Masa gue harus jahit lagi sih?' Kayak something yang simple lah, akhirnya memutuskan untuk menurunkan berat badan," kata Meirza.
"Terus akhirnya kebablasan, karena udah mulai nurunin berat badan, senang sama hasilnya dengan cara yang awalnya tuh nggak sehat," lanjutnya.
Mulanya, Meirza menurunkan berat badan dengan cara 'instan' dengan hanya mengonsumsi apel dan labu siam sebagai diet hariannya. Dalam sebulan, ia berhasil memangkas berat badan hingga 10 kilogram.
![]() |
"Dalam seminggu 4 hari itu, saya makannya cuma apel dan labu siam gitu loh. Jadi benar-benar nggak sehat tapi turunnya cepat gitu," kata Meirza.
Ia mengaku puas dengan hasil akhirnya yaitu 64 kilogram. Terlebih, pujian dari teman-temannya terkait penampilan barunya yang bikin 'pangling' membuat ia terus termotivasi untuk menurunkan berat badan.
Meski demikian, Meirza mengalami efek buruk ketika menjalani diet ekstrem seperti rambut rontok dan sulit berkonsentrasi. Selain mempengaruhi kondisi fisik, metode tersebut juga mempengaruhi psikisnya.
"Jadi ngerasa udah kena psikologi juga, karena saya ngerasa apa yang saya makan itu bisa menggemukkan. Saya minum air putih juga ngerasa 'aduh nanti badan berair jadi gemuk' kayak gitu sih," ungkap Meirza.
Meirza menjalani diet tersebut ketika dirinya sedang libur semester saat di bangku kuliah. Begitu kembali dan menjalani serangkaian aktivitas sebagai mahasiswa teknik pangan dan gizi, Meirza mengalami suatu yang tak terduga imbas diet tersebut.
"Saya ada momen pingsan, pas acara ibadah gitu. Dilihatin orang, malu banget karena bener-bener lemes gitu," kenang Meirza.
"Waktu itu kan awal-awal saya belum tahu nutrisi. Saya dulu kuliah soal pangan dan gizi juga, jadi dari situ belajar," sambungnya.
NEXT: Konsisten Selama 20 Tahun