Seorang influencer kebugaran mengidap kanker langka yang mematikan. Dia mengira gejala awal penyakit itu diakibatkan bekerja terlalu keras.
Lee Troutman, dari Atlanta, Georgia, didiagnosis limfoma non-Hodgkin stadium akhir tahun lalu setelah mengalami gejala keringat di malam hari, kelelahan, dan sakit ulu hati. Menjelang diagnosisnya, Troutman, yang saat itu berusia 20 tahun, berolahraga selama 12 jam sehari dan melatih kliennya sebagai instruktur kebugaran.
Pada saat dokter menemukan kankernya, dia tidak bisa berjalan, berbicara, atau makan. Dia juga kehilangan separuh berat badannya hanya dalam dua bulan.
"Para dokter tidak mengira saya akan selamat," kata Troutman kepada DailyMail.
Saat pertama kali memeriksakan diri ke dokter pada Oktober 2021, ia didiagnosis menderita mononukleosis, atau 'mono', yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV).
Kemudian, setelah beberapa kali tes, dokter menemukan limfohistiositosis hemophagocytic (HLH), suatu reaksi sistem kekebalan yang dapat menyebabkan organ mati, serta limfoma non-Hodgkin (NHL). NHL adalah sejenis limfoma, kanker kelenjar getah bening, jaringan pelawan penyakit tubuh, yang meliputi limpa, sumsum tulang, kelenjar getah bening, dan kelenjar timus.
Penyakit ini dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, namun biasanya tanda pertama adalah pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar leher.
Gejala lainnya, menurut Mayo Clinic, antara lain sakit perut atau bengkak, nyeri dada, batuk, kesulitan bernapas, kelelahan terus-menerus, demam, berkeringat di malam hari, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
Kasus Troutman termasuk sangat parah. Kanker telah menyebar ke keempat lobus otaknya, batang otak, tulang belakang, hati, tulang rusuk, dan pinggul.
"Saya dan ibu menemukan seorang dokter yang setuju untuk menangani kasus saya, dia memberi saya harapan dengan peluang lima persen untuk bertahan hidup," kenangnya.
"Dia mengatakan jika saya ingin selamat dari limfoma dan pengobatan kanker yang agresif, saya memerlukan transplantasi sumsum tulang," sambungnya.
Troutman menjalani transplantasi sumsum tulang ketika paru-parunya rusak dua kali. Dia dipasangi ventilator dan diberi selang makanan.
Setelah ventilator dilepas, Troutman menghabiskan waktu berbulan-bulan di rehabilitasi untuk mendapatkan kembali berat badan dan massa ototnya, sambil tetap menjalani kemoterapi, agar cukup kuat untuk menjalani operasi.
Dia memperkirakan menjalani setidaknya 50 trombosit dan transfusi darah serta lebih banyak perawatan kemo daripada yang bisa dia hitung. Beruntung Troutman sekarang dalam masa remisi dan menjalani tes rutin serta janji tindak lanjut untuk memastikan kankernya tidak kembali.
"Saya akhirnya menantikan masa depan saya," katanya.
Simak Video "Video KuTips: Resep Sehat Bugar 'GEMBIRA' ala Kak Seto di Usia 74 Tahun"
(kna/kna)